Orang tua tunggal perempuan (Catatan Perjalanan rakan Indonesia 1)
semua perempuan yang Rakan tanyai
sepakat. mereka tidak pernah menginginkan menjadi orang tua tunggal. jangankan
menginginkan, terbayang saja tidak. Mereka mesti menanggung dan membiayai
kehidupan anak-anaknya sendirian. mayoritas dari mereka memiliki anak lebih
dari satu.
status orang tua tunggal
perempuan melekat secara otomatis setelah sepeninggal suami. ada yang suaminya
meninggal dunia, ada yang suaminya meninggalkan mereka tanpa pernah peduli lagi
keadaan istri dan anak-anaknya. jika boleh memilih, pasti merekatidak akan
memilih menjadi orang tua tunggal perempuan. Tapi itulah kehidupan yang mesti
mereka terima dan jalani.
Rakan Indonesia yang sejak November
2016 memasuki dunia mereka mendapati beberapa fakta penting. Pertama, para
orang tua tunggal perempuan ini masih banyak yang berada di usia produktif.
kedua, mereka hidup dibawah garis kemiskinan. ketiga, mereka kesulitan mendapat
akses pekerjaan yang layak. keempat, pekerjaan mereka serabutan, bahkan ada
yang tidak memiliki pekerjaan. kelima, banyak anak-anak mereka yang putus
sekolah. keenam, jangankan untuk sekolah, untuk makan sehari-hari saja tidak
jarang mereka kesulitan. ketujuh, tidak sedikit yang mengandalakan belas
kasihan saudara dan tetangga. kedelapan, mereka berusaha memenuhi kebutuhan hidup
dengan bekerja apapun. kesembilan, anak-anak mereka yang mulai besar, dipaksa
untuk bekerja, untuk memberi tambahan pemasukan uang untuk keluarga. kesepuluh,
mayoritas mereka tidak lulus SMP. kesebelas, tidak sedikit yang tidak memiliki
keahlian atau keterampilan. keduabelas, suami mereka tidak meninggalkan warisan
harta. ketigabelas, mereka mau belajar dan melakukan apa saja agar bisa
mendapat pemasukan keuangan selama itu halal. dan banyak lagi faktafakta yang
Rakan Indonesia temui.
fakta-fakta itu, didapat dari
para orang tua tunggal perempuan di desa cibeuteung muara kecamatan ciseeng
kabupaten bogor, tempat Rakan Indonesia berkegiatan. di antara mereka ada yang
beruntung, mendapat bantuan dari keluarga atau saudaranya, hingga bisa membuka
warung kecil-kecilan. Ada pula yang sesekali mengambil kerjaan borongan
merapihkan dan membuat mute. tapi itu tidak tetap, hanya sesekali saja. ada
pula yang masih pergi ke sawah. bekerja borongan secara kelompok menggarap
sawah milik orang lain. sayangnya, bayarannya bykan berupa uang, tapi hasil
panen. jika yang ditanam adalah padi, maka mereka akan mendapat sekitar tiga
karung padi setiap panen. ya, panen tidak setiap hari, dan itu membuat mereka
mendapat penghasilan tidak setiap hari. hasil panen jatah mereka pun akan
dibagi secara rata untuk tiap anggota kelompokmya. jika beruntung, biasanya
mereka akan menjual hasil pertanian yang mereka garap selain tanaman pokok
permintaan sang pemilik lahan. biasanya mereka akan menanam singkong, pisang,
dan jenis umbi-umbian. tapi ini pun butuh waktu untuk memanennya. sementara
mereka tidak bisa mengelak dari kebutuhan harian seperti anak-anak yang butuh
makan.
untuk urusan makan, mereka tidak
ribet dan susah. selama ada beras untuk dimasak, mereka biasa memakan hasil
kebun mereka untuk dijadikan lauk. jika memenag memiliki uang yang cukup, ikan
teri, dan sambal sudah lebih dari cukup untuk mereka nikmati. jika masih cukup,
tempe, tahu, dan telor, adalah menu makan yang istimewa bagi mereka, terlebih
jika ditambah sambal.
Rakan Indonesia juga
diperkenalkan dengan nasi tutug uya. nasi ini menjadi symbol untuk sebuah
perayaan panen. nasi tutug uya hadir ketika musim panen tiba. ini bukan nasi
istimewa berbumbu aneka rupa. ini hanya nasi biasa. nasi yang baru dipanen akan
dimasak. setelah matang, masih dalam keadaan hangat bahkan panas, nasi itu akan
ditaburi garam. ya, lebih simpelnya, nasi ini adalah nasi garam. dan nasi itu
akan dimakan bermai-ramai. jika ada lauk tambahan, hanya daun-daun lalab,
seperti daun singkong, daun pepaya yang muda. Rakan Indoensia menyaksikan
kebahagiaan mereka. meski rakapun yakin, dibalik wajah bahagia mereka, ada
harapan agar kehidupan mereka bisa lebih baik. dan Rakan Indonesia meyakini
itu.
para orang tua tunggal perempuan
ini, akan terus berjuang untuk perubahan. setidaknya, mereka ingin anak-anak
mereka bisa terus bersekolah dan mendapat kehidupan yang lebih layak. semoga
Rakan Indonesia bisa terus mendampingi mereka mendapat itu.
Komentar
Posting Komentar