Silaturahmi sastra
Saya mesti lebih hati-hati. Hujan tadi sore menyisakan basah dan genangan air di sepanjang jalan menuju Bojong Gede. Selain licin, lubang yang seperti mangkok bahkan baskom berisi air, di jalan sungguh seringkali membuat pengendara motor jatuh lalu mengaduh. Pun batu kerikil, terasa lebih usil dan jahil membuat siapapun bisa tergelincir. Kewaspadaan saya bertambah. Setelah melewati jalan Pemda, ternyata jalan berubah menjadi kolam. Air bergelombang hingga mencapai betis. Kali yang membelah Bojong Gede seperti muntah, tak mampu menampung debit air. Selain jatuh, kekhawatiran dalam diri saya pun bertambah: mesin motor mati. Mogok. Alhamdulillah tidak. Saya sedikit lega, sedikit lagi sampai ke rumah pak Maman S. Mahayana. Sayangnya, rintangan belum usai. Saya mesti melalui jembatan yang air sungai di bawahnya naik. Bahkan mengalir deras. Bermodal bismillah, saya seberangi jembatan. Alhamdulillah sampai. Dari jarak lima tingkat Pramuka, lampu neon di tiang listrik memberi bentuk begitu ...