Kebahagiaan dan Kesedihan di Sembilan Ramadhan
Setiap masuk hari ke-sembilan Ramadhan, memori saya selalu mengarah ke tahun 2002. Hari kesedihan sekaligus bersejarah. Terutama untuk saya. Hari itu, sore setelah asar, di saat orang-orang tengah sibuk menyiapkan hidangan untuk membatalkan puasa dan yang lain tengah ngabuburit, H. Supandi Kurniawan, ayah saya malah memilih naik pohon mangga di depan rumah. mungkin ia ingin berbuka puasa dengan buah mangga mentah. Ya, karena tak sedikit yang bilang, di pohon yang dipanjatnya belum ada mangga yang masak alias masih kecil-kecil. Dan ternyata, ia bukan memetik mangga tapi menghampiri malaikat Izrail. Pohon mangga yang tingginya tak lebih dari lima meter itu ternyata jalannya kembali ke Sang Pencipta. Supandi jatuh dari pohon mangga dan kepalanya mendarat tepat di batu kali yang cukup besar. Tentu saja batok kepalanya tak mampu memecahkan batu kali tersebut. Walhasil kepalanya retak. Darah mengalir dari lubang hidung, mulut, dan telinganya. Bang Bidin, tetangga yang bisa dibilan...