Khawatir, Perlu. Tapi Jangan Terlalu (Catatan Perjalanan Depok-Lombok bag-3)
Petugas tiket kapal Feri meminta saya untuk berada di pelabuhan perak, tepatnya di Zamrud Utara terminal Roro, jam setengah lima sore. Tlsaya kira jam lima kapal akan berangkat. Ternyata, di pelabuhan saat hendak berangkat ini, kita mesti tebalkan kesabaran.
Kapal DLN Batu Layar yang akan saya tumpangi menyeberang ke Lombok, ke Pelabuhan Lembar, baru bergerak meninggalkan pelabuhan Perak Surabaya, jam 11 malam. Ya, lima jam lebih waktu yang dibutuhkan untuk menunggu keberangkatan.
Bersyukurnya. Pemandangan laut; angin laut, ombak, kapal-kapal, perahu nelayan, dan lain-lain, yang jarang saya lihat benar-benar memanjakan mata ini.
DLN Batu Layar yang saya tumpangi ini pun, bisa dibilang nyaman. Pelayanannya ramah. Perahu atau kapal laut ini terdiri dari 4-5 tingkat. Tingkat pertama untuk parkir kendaraan super besar seperti Fuso dan tronton yang punya ban lebih dari 6. Di lantai kedua digunakan untuk kendaraan yang rodanya di bawah 6 seperti truk dan mobil SUV. Untuk sepeda motor, bisa parkir di antara deretan mobil, baik di lantai pertama atau kedua.
Naik ke lantai ketiga. Ada kabin untuk makan seperti restoran ber-AC. Harganya pun cukup ramah. Tak terlalu mahal. Bedanya, jika saya beli kopi di daratan atau warung dengan uang 3.000 rupiah. Nah di kapal ini harga kopi hitam 8.000 rupiah. Termasuk rokok. Ya, perkiraan, bedanya hanya kisaran 5000 lebih mahal dibanding di darat.
Makanannya pun cukup lengkap. Ada nasi dan lauk pauknya, bakso, mie, camilan-camilan hingga minuman-minuman.
Jika melangkah ke bagian depan, setelah restoran ada kabin yang disediakan khusus untuk tidurnya para penumpang. Saya tak menghitung pasti berapa jumlah kasur yang disediakan. Yang jelas, kasurnya kasur tingkat. Perlu dicatat, karena ruang tidur ini ber-AC, disarankan untuk membawa selimut. Jangan ketinggalan bantal.
Jika naik lagi, dii lantai keempat masih ada kantin luar. Plus ada arena bermain untuk anak-anak. Musola pun ada di lantai ini. Berdempetan dengan ruang para ABK kapal yang diberi tanda: selain ABK dilarang masuk.
Bayangan tentang terombang-ambingnya diri di lautan karena ombak, pudar dan runtuh seketika. Perjalanan dengan kapal ini menyenangkan. Tak ada ombang ambing seperti naik kapal nelayan. Pun bayangan mabuk laut pun, hilang. Sungguh, saya merasakan senangnya perjalanan. Ditambah, saya masih dapat sinyal untuk menulis cerita ini lewat gawai.
DLN Batu Layar, perairan Indonesia, 060421
Komentar
Posting Komentar