Gus Dur (Masih) Melukis Senyum

Pengajian diawali dengan pembacaan tahlil, itu biasa. Peringatan maulid nabi dan isra mi’raj diawali dengan tahlil, itu juga biasa. Tapi acara diskusi, yang identik dengan kajian dan obrolan ilmiah, diawali dengan tahlil, itu yang tidak biasa.

Hal tidak biasa itu bisa anda temui pada perkumpulan Gusdurian Depok. Sabtu (05/07) di komplek Permata Regency Depok, Gusdurian Depok memulai diskusi yang bertema “Kampanye hitam tidak sah tetapi ampuh” setelah melantunkan hadiah fatihah, dzikir dan bacaan-bacaan tawasulan lain dilaksanakan. Acara yang dimoderatori oleh Subhi Azhari, Peneliti WI (Wahid Institute), adalah acara rutin bulanan Gusdurian Depok.

“Banyak yang salah kaprah tentang kampanye hitam atau black campaigne. Black campaigne itu muncul pada pergolakan politik di Amerika, yang mengedepankan isu rasis terhadap orang-orang kulit hitam. Untuk Indonesia, sepertinya, term black campaigne tidak sesuai untuk digunakan untuk mendefinisikan kampanye-kampanye yang tidak sehat. Namun karena masyarakat Indonesia ini kebanyakan yang latah, maka black campaigne lah yang dipakai untuk mendefinisikan hal tersebut.” Ujar Nur Khoiron, Komisioner HAM RI, yang menjadi nara sumber pada acara diskusi Gusdurian Depok.

“Kampanye menurut saya ada dua, yaitu: kampanye jahat dan kampanye negatif. Kampanye jahat adalah kampanye yang menyebarkan fitnah, kebohongan, tentang lawan politik. Kampanye jahat ini biasanya dilakukan atas landasan kebencian, dan menggunakan berita-berita yang tidak jelas sumber dan asalnya. Sedangkan kampanye negatif adalah kampanye yang dilakukan terhadap lawan politk dengan menyebarkan segala hal tentangnya namun berdasarkan fakta, data dan biasanya berasal dari sumber yang bisa dipercaya”, terang Nur Khoiron kepada Gusdurian Depok.

“2014 ini adalah masa ketika kerinduan psikologi kolektif masyarakat Indonesia berada pada puncaknya. Kerinduan akan pemimpin yang bisa berada di belakang rakyat memberi dorongan, bisa berada di tengah rakyat membangun kekuatan, dan bisa berdiri di depan memberikan tauladan. Psikologi politik (ing karso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani) inilah yang selama ini memupuk kerinduan masyarakat akan pemimpin bangsa ini. pemimpin yang benar-benar bisa memahami rakyat, berdialog dan turun menggapai tangan rakyat.” lanjut  Khoiron yang sore itu ditemani putranya.

Acara diskusi ini ditutup dengan peresmian sekretariat Gusdurian Depok sekaligus buka puasa bersama Gusdurian Depok. Suasana kekeluargaan yang hangat, bersahabat, egaliter, dan terbuka, sungguh terasa dan tertangkap oleh siapapun yang hadir. Tidak ada senioritas dan junioritas di sini. Semua berkumpul bersama di bawah satu nama Gusdur. Dan di dinding tempat kami berkumpul, Gusdur terus tersenyum dalam lukisan. Lukisan yang seperti ingin menegaskan bahwa Gusdur hadir di tengah-tengah kami. Gusdur terus melukis senyum pada wajah kami. Ya, di perkumpulan ini, Gusdur yang melukis senyum pada setiap wajah kami. Terima kasih Gus. Terima kasih Dur. 

Terutukmu Gus, Al-faatihah...!!!



Kosong tujuh kosong tujuh dua kosong satu empat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)