Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Begitulah Manusia: Jangan Pernah Berharap Padanya.

Sekali lagi saya mengamini nasihat ajib; jangan pernah berharap kepada manusia. Meskipun harapan itu lahir dari janji yang dibungkus kata-kata manis. Sekalipun itu datangnya dari seorang yang di anggap tokoh. Tokoh agama kah, tokoh politik kah, ketua suatu lembaga dan institusi kah, dan tokoh-tokoh yang lain. Intinya, kalau tidak mau kecewa dan sesak dada, jangan sesekali berharap kepada manusia.  Saya mau cerita tentang tiga orang anak muda yang kecewa pada atasannya. Mereka bertiga panitia sebuah acara. Dalam perjalanan mempersiapkan acara, atasan mereka, yang konon adalah tokoh agama dan dikenal solatnya begitu tepat waktu, menjanjikan hadiah seratus juta rupiah bagi panitia yang berprestasi bisa mendatangkan paling banyak orang ke tempat acara.  Tiga anak muda ini termotivasi. Mereka menyusun strategi. Mempelajari bagaimana masyarakat bisa datang ke lokasi acara. Mereka fokus pada hadiah yang diiming-imingi sang atasan. Tak ragu, ketiga pemuda ini pun rela mengeluarkan bia...

Mak Matahari

Diam-diam saya ambil gambar Mak Matahari tadi sore saat matahari tertutup awan. Meski sekeliling teduh, Mak Matahari ceria. Kerut wajahnya sedikit terhias senyum. Tak ketinggalan kata syukur terlontar darinya. Tak terhitung jumlahnya dari setengah jam saat kami bertemu. Ya, tadi sore saya menyuplai 115 potong celana pendek ke Mak Matahari. Tentu saja tak ketinggalan ia membayar suplai celana pendek sebelumnya. Mak Matahari, reseller pertama Fundha Creations ini orang yang apa adanya menerima dan menikmati hidup. Ia tak bisa baca tapi perlahan  lancar meghitung uang. Kok bisa perlahan? Ya, ini hal menarik pertama dari Mak Matahari. Mak Matahari tak pernah merasakan bangku sekolah tapi lekat dengan lekar pengajian. Ia tak bisa baca huruf latin tapi mahir membaca hurup gundul. Jangan tanya soal baca Al-Qur'an, ini bisa di atas lumayan. Mak Matahari sudah lama tak mahir berhitung. Tapi, kekurangannya ini tak membuatnya menyerah. Justeru dari remaja ia memilih untuk berjualan yang ident...

Di Lampu Merah

Saat kendaraan berhenti di lampu merah, di perempatan atau pertigaan, entah sejak kapan, saya sering disambangi berbagai tipe orang. Ada yang terlihat memainkan berbagai jenis alat musik, seperti gitar, gendang yang terbuat dari paralon atau pipa air, biola, hingga kemasan air minum yang diisi beras.  Dari dalam mobil, sungguh, tak jelas lagu dan musik jenis apa yang mereka mainkan. Namun, beberapa detik kemudian, seseorang dari mereka mendekati kaca samping mobil, sambil menyodorkan bungkusan plastik. Sesekali tangan mereka terlihat seperti memohon. Kepala pun ikut sedikit menunduk. Jika ada recehan, lima ratus, seribu, dan dua ribu perak, biasanya tangan saya seperti otomatis membuka kaca jendela lalu memasukan recehan itu ke kantong plastik yang disodorkan.  Umumnya, orang-orang menyebut mereka pengamen jalanan. Bagi mereka yang punya suara enak di telinga lalu lincah bermain alat musik, sepertinya recehan yang diberikan terasa pantas. Tapi, ini sudah tak seperti itu. Dari ...

Bagaimana Agar Bahagia?

Pagi ini saya mendapat pesan lewat WhatsApp dari salah satu reseller. Ia mengabarkan dagangannya laris. Dari 100 potong celana, tersisa beberapa saja. Ia mesti tutup lapak dagangannya lebih cepat. Karena salah satu prinsip berdagangnya: "selaris apapun, barang dagangan jangan dihabiskan semua, sisakan sedikit." Entah atas dasar apa ia pegang prinsip itu. Saya hanya mengira-ngira. Mungkin biar dagangannya ada terus. Mungkin kalau ada orang lain tanya, ia masih bisa tunjukkan dagangannya. Dan prediksi lain. Apapun itu, setiap orang pasti punya prinsip beraneka rupa. Dan saya wajib menghormati. Saya tak mau terlalu jauh berasumsi tentang prinsip jualannya itu. Yang pasti ketika dagangannya laris, sungguh saya merasa hidup lebih bergairah. Ada kebahagiaan tak terkira di diri saya. Ya, saya begitu merasakan perbedaan skala bahagia dalam diri ini. Bahagia ketika dapat proyek dan tender besar, tak seberapa dan tak sebanding ketika mendengar kabar bahagia dari orang lain. Kalau tak p...

Jangan Jadi Reseller

Sore ini produksi celana pendek  Fundha Creations mencapai 152 potong. Mesti terus bersyukur, meskipun saya harus membagi-bagi jumlah tersebut dengan permintaan reseller yang mencapai 500 potong celana. Ya, salah satu cara penjualan saya adalah memperbanyak reseller. Keuntungan penjualan memang setebal tisu. Tapi, prinsip; "tak apa tipis, yang penting tiap hari ada perputaran. Daripada jual mahal dengan ambil untung besar tapi penjualan layaknya orang yang susah buang air besar." Karena prinsip itu pun, saya memberi harga yang sangat amat bisa untuk mereka (para reseller) menjual kembali. Bahkan mereka jual kembali ke reseller pun masih bisa dan sangat memungkinkan.  Jabatan dan status reseller ini pun pernah saya jabanin. Saya pernah menjual produk milik orang lain. Jadi reseller ada enaknya dan ada enak bangetnya.  Enak bangetnya kadang yang punya produk bisa ngasih tempo pembayaran alias setoran. Nah, tak perlu modal uang. Asal mau, saya bisa jualan. Ada juga seller ya...

Kolor dan Celana Pendek

Gambar
Lama tak bercerita di dinding Facebook ini membuat saya memupuk rindu. Padahal setiap  hari selalu ada hal menarik. Dari asal-asalan dan spontan hingga serius dan memeras pikiran, segala momentum dan kejadian patut diabadikan lewat tulisan. Seperti kata almarhum Pramoedya Ananta Toer; menulis adalah kerja keabadian. Meski ada pertanyaan, buat apa berlaku demikian, seenggaknya saya mengekor teman yang bilang; "teruslah hidup meski tak berarti."  Ini mirip dengan segala laku manusia; ada yang bermanfaat, ada yang memanfaatkan, hingga ada yang tak bermanfaat. Ya, apapun itu, saya tetap meyakini: tak ada hal yang sia-sia, ada saatnya apapun yang dilakukan akan berguna. Tentu dengan segala konsekuensinya. Keyakinan itulah yang membuat saya memilih melakukan hal-hal yang terlihat remeh dan receh.  Beberapa tahun terakhir saya memilih dunia yang membuat saya jauh dari: teman-teman yang dulu suka bergerak dan membuat program, teman-teman yang lincah bergeliat dengan p...