Mak Matahari
Diam-diam saya ambil gambar Mak Matahari tadi sore saat matahari tertutup awan. Meski sekeliling teduh, Mak Matahari ceria. Kerut wajahnya sedikit terhias senyum. Tak ketinggalan kata syukur terlontar darinya. Tak terhitung jumlahnya dari setengah jam saat kami bertemu. Ya, tadi sore saya menyuplai 115 potong celana pendek ke Mak Matahari. Tentu saja tak ketinggalan ia membayar suplai celana pendek sebelumnya.
Mak Matahari, reseller pertama Fundha Creations ini orang yang apa adanya menerima dan menikmati hidup. Ia tak bisa baca tapi perlahan lancar meghitung uang. Kok bisa perlahan?
Ya, ini hal menarik pertama dari Mak Matahari. Mak Matahari tak pernah merasakan bangku sekolah tapi lekat dengan lekar pengajian. Ia tak bisa baca huruf latin tapi mahir membaca hurup gundul. Jangan tanya soal baca Al-Qur'an, ini bisa di atas lumayan.
Mak Matahari sudah lama tak mahir berhitung. Tapi, kekurangannya ini tak membuatnya menyerah. Justeru dari remaja ia memilih untuk berjualan yang identik dengan jumlah menjumlah.
Mak Matahari tahu nominal kertas uang yang ada gambar Soekarno Hatta itu seratus ribu. Yang berwarna kebiru-biruan itu lima puluh ribu. Dan seterusnya. Tapi, jangan sekali-kali memintanya untuk menjumlah.
Misalnya, satu celana pendek ia jual 25.000. ketika ada yang membeli 3 potong lalu pembeli memberi uang 100.000. Mak Inah akan langsung bertanya ke pembeli, berapa uang kembaliannya?
Nah, saat menjual makanan, seringkali Mak Matahari malah berhutang ke pemilik makanan, lantaran setorannya selalu kurang. Ini karena ketidakmampuan Mak Matahari dalam hitung menghitung. Beruntung, pemilik makanan paham dan memaklumi keadaan Mak Matahari. Sesekali hal tersebut ditolerir.
Sungguh, saya geregetan, ingin rasanya mengetuk kepala dan dada mereka yang berlaku jahat ke Mak Matahari pakai palu. Seharusnya bayar 2000 tapi malah kasih uang 1000. sangat bejat mereka yang berlaku seperti ini.
Mak Inah sudah lama ditinggal suami. Ia hidup ditemani ketiga anaknya yang saat ini sudah menikah dan beda rumah semua. Beruntungnya, anak bungsu ma Inah tinggal sepelemparan galah jaraknya. Di rumah anaknya ini pula saya suplai celana pendek.
Meski saat ini Mak matahari sudah dibantu anaknya untuk berjualan, termasuk membantu soal hitung-menghitung hasil penjualan, tapi hal menarik dari Mak Inah tak berhenti di situ. Misalnya soal penerimaan dan betapa ikhlas hidupnya.
Mak Matahari tahu bahwa ia tertipu saat ia menyerahkan setoran hasil jualan makanannya kepada sang pemilik. Berkali-kali pemilik bilang bahwa setorannya kurang dan Mak Matahari bilang bahwa hanya segitu uang yang ia dapatkan. Karena tak tega, seringkali sang pemilik mengikhlaskan. Dan sisa jualannya diberikan ke Mak Matahari.
"Alhamdulillah nak, emak masih bisa makan," syukur Mak Matahari yang sadar seringkali tak mampu beli beras dari hasil jualan makanan.
Mak Matahari menolak pemberian beras dari anak-anaknya. Ia tidak mau merepotkan dan menjadi beban mereka. Sungguh, mata saya mulai berkaca-kaca.
"Hidup itu sederhana, ada ya dinikmati. Gak ada ya cari. Kalau gak dapet, ya Sabari. Dapet, ya syukuri," ucap Mak Matahari dalam bahasa Sunda. "Dapetnya segitu, ya udah. Yang penting udah usaha. Udah jualan," tegasnya.
Kebiasaannya berdagang keliling kampung membuatnya hingga kini tak bisa hilang, padahal usianya saya prediksi lebih dari 70.
"Emak mah jualan buatin ibadah. Buat besarin anak-anak. Lagian, Menyediakan kebutuhan orang, itu kan dapet pahala. Orang-orang beli itu karena mereka butuh barang itu," terang Mak Matahari ketika saya tanya kenapa memilih berjualan. "Lagian, emak mah gak bisa apa-apa selain jualan keliling kampung," lanjutnya.
Saya banyak diam saat Mak Matahari bercerita. Banyak pelajaran yang ia lontarkan. Di antaranya soal kebutuhan. Ya, jual beli terjadi karena ada barang alias produk yang dibutuhkan oleh seseorang tapi dimiliki orang lain. Terjadilah transaksi. Ada tawar menawar.
Bahkan, konon, jual beli itu awalnya adalah tukar menukar barang. Misalnya kelapa tua ditukar dengan beras. Cengkeh ditukar dengan ikan. Dan lain sebagainya. Hanya saja perkembangannya, lahir mata uang negara yang membuat pertukaran tersebut bisa diwakili olehnya. Misalnya Celana pendek ditukar dengan uang 35.000, dan seterusnya.
Nah, namanya butuh bisa dipastikan bersifat harus dan mesti. Ketika lapar butuh makanan. Ketika haus butuh minuman. Jual kebutuhan ini yang menjadi pegangan para penjual, bisa dipastikan produknya akan laris. Terlebih jika penjual tahu siapa saja yang membutuhkan produk jualannya. Hal ini akan sangat membantu memetakan target pembeli.
Apa yang membuat orang membutuhkan produk yang kita jual? Siapa saja yang membutuhkan produk yang kita jual? Lebih jauh, apa saja yang bisa menyebabkan mereka butuh produk kita? Bagaimana membuat mereka butuh produk kita?
Silakan jawab...
Sawangan Baru', 15022021
Komentar
Posting Komentar