Sebulan Main Instagram (catatan bag-3)

Setelah menentukan Market, yang saya lakukan adalah riset seberapa besar jumlah target market saya. Gimana riset dan nyarinya. 

Tentu saja banyak cara. Terlebih dunia digital dan internet saat ini sangat memudahkan. Begitu banyak website, platform, media sosial dan wadah lain yang bisa menunjukkan tentang seberapa besar jumlah Target Market yang saya bidik. 

Setelah mendapat data, apa yang saya lakukan? Tentu saja gak langsung posting. Saya tetap lanjutkan riset. Kali ini terkait dengan hal apa aja yang sering dibahas, dan yang terpenting lagi, permasalahan apa yang sering dihadapi oleh target market. 

Cara cari tahunya gimana? Tentu aja lewat riset di tempat-tempat yang saya sebutkan tadi. Di sana ada interaksi yang dilakukan oleh target market. Semuanya saya data. Data-data tersebutlah yang Aya jadikan bahan untuk konten di Instagram. 

Lagi-lagi, titik fokusnya adalah akun Instagram itu untuk mereka, para target market yang saya bidik. Jadi, kalau mau jualan, media sosial yang kita gunakan bener-bener untuk mereka, bukan buat kita. Nah, di sini akan terlihat, media sosial yang untuk jualan dan yang bukan.

Terus, Instagram kita mesti diapain? 

Kebanyakan orang, biasanya akan pusing mikirin dan ngulik algoritma Instagram. Tujuannya sih bagus, biar postingan bersahabat dengan algoritma, dan postingan bisa viral.

Tapi ternyata, gak kayak gitu juga. Sekuat dan sehebat apapun kita mengulik algoritma, tetap aja yang tahu pasti tentang itu ya yang bikin dan yang punya Instagram. 

Terus mesti gimana? 

Mindset yang perlu ditanamkan adalah: mau algoritma kayak gimana pun, dibalik semua itu adalah orang (people). Ya, seperti aturan main dalam sepak bola. Tetap aja aturan itu gak akan berjalan kalau gak ada orang yang jalani.

Atau seperti ungkapan "man behind the gun." Secanggih apapun senjata, tetap aja akan payah kalau orang yang menggunakannya gak tau cara memakainya. 

Ya, semuanya kembali ke orang. Jadi, gak usah terlalu buang energi dengan algoritma, cukup fokus ke orang. 

Orang yang dimaksud adalah pengguna Instagram. Setidaknya ada dua orang. Pertama kita yang buat konten. Kedua adalah audience. 

Nah, makanya saya lebih menitikberatkan pada people. Pada target market. Apa yang mereka suka dan apa masalah mereka. Konten-konten saya di Instagram fokus untuk itu. 

Sedikit gambaran tentang algoritma. Di awal saya posting, tanggal 26 Juni 2022, akun orang yang bisa dijangkau sebanyak 183 akun. Tapi, semakin ke sini, jangkauannya semakin kecil. 

Nah, dari kelas-kelas dan kursus-kursus yang saya ikuti, akhirnya saya menyimpulkan, bahwa postingan kita, setiap kali posting itu hanya akan menjangkau gak lebih 10 persen dari jumlah follower. 

Terus, kok ada yang like-nya banyak, atau komentarnya banyak? 

Nah, kalau ini, urusannya terkait dengan konsistensi. Semakin sering berinteraksi, maka akan semakin sering konten kita muncul di beranda mereka.

Terus gimana biar banyak terjadi interaksi (engagement)?

Lagi-lagi kuncinya di materi konten. Apakah konten kita disukai dan dibutuhkan oleh target market atau enggak. Dan soal target market inilah yang jadi fokus pembahasan saya di Instagram.

Karena ternyata, kegagalan suatu bisnis, pun sepinya pembeli itu bukan karena produknya kurang bagus atau gak berkualitas, tapi karena target marketnya gak jelas. 


Bersambung...

Sawangan Baru', 25072022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)