Ibu, Bukan Sekadar Madrasah Pertama.

Bukan hanya madrasah, sekolah, atau pendidik tapi ibu adalah pembentuk pertama kehidupan seorang anak. Lebih jauh, ibu adalah pembentuk pertama kehidupan manusia. 

Bisa dibilang, bagaimana kehidupan seorang manusia, ditentukan dan dibentuk pertama kali oleh kaum yang disebut-sebut Nabi memiliki derajat lebih tinggi dari seorang ayah.

Tak hanya setelah seorang anak "brojol" lalu nangis pertama kali di dunia ini, pembentukan tersebut dimulai dari pertama janin mulai hadir di rahim seorang perempuan. Bahkan, ada yang bilang, pembentukan itu dimulai sebelum proses pertemuan sperma laki-laki dan sel telur perempuan bertemu. Karenanya, para ulama menyarankan agar berwudlu, minimal membaca doa sebelum laki-laki dan perempuan "bertemu" dalam kucuran keringat berbalut cinta dan kasih sayang yang hangat. 

Doa untuk "itu" sepertinya tak perlu ditulis lagi di sini, karena para lelaki sudah menguasai dan fasih. Yang ingin saya tekankan adalah, para perempuan pun mesti membacanya juga. Sebab, proses "pertemuan" itu tidak hanya dominasi laki-laki, tapi perempuan pun memiliki peran dan andil yang sama. 

Jika terlupa membaca doa "itu", dan terlanjur sudah di tengah asiknya pertemuan, para ulama mengajarkan, minimal membaca "bismillahi awwaluhu wa akhiruhu." Tentu saja doa ini untuk mengamankan proses (yang menurut sebagian orang adalah ibadah berkeringat namun nikmat) ini tak mendapat "sentuhan" setan yang ingin menjerumuskan manusia pada kesesatan. 

Ya, terkadang hal remeh, receh, sederhana, bahkan dipandang dengan sebelah mata, bahkan dengan sebelah mata yang setengah terbuka, malah menjadi penentu sesuatu yang besar. Seperti doa sederhana sebelum laki-laki dan perempuan melakukan ibadah nikmat ini. Ibadah yang katanya ibadah yang membuktikan surga itu ada di dunia. Jika begitu, doa sederhana itu mestinya menjadi tak receh lagi ketika hal itu menjadi kunci pembuka gerbang pembentukan manusia.

Bahkan dalam beberapa kitab karya ulama, seperti Qurrota 'Uyun, 'Uquduludzdzain, dan kitab-kitab fikih lain dijelaskan bagaimana adab dan tata krama seorang laki-laki dan perempuan bersetubuh dan bersenggama. Tentu saja, dan perlu ditegaskan, ini bagi mereka yang sudah saling halal menghalalkan dan menikah. 

Ya, pada awalnya, proses pembentukan manusia ini campur tangan ayah dan ibu, laki-laki dan perempuan. Namun, setelah pertemuan sperma dan sel telur, peran ibu dan perempuan menjadi sangat vital. Sebab benih manusia tersimpan di rahimnya. 

Rahim yang dekat artinya dengan rahmat, karena satu akar kata, yang berarti kasih sayang bisa berarti manifestasi Rahmat dan Kasih Sayang Allah pada manusia. Ini berarti, anak bukan sekadar amanah, tapi bentuk kasih sayang Allah yang mesti dijaga dan dipelihara. Dan sosok ibu lah yang pertama menerimanya. Karenanya, lahirlah tradisi empat bulanan dan tujuh bulanan bagi mereka yang hamil. 

Bukan, bukan sekadar ditiupnya ruh pertama kali ketika janin berumur empat bulan atau mulai terwujudnya bentuk manusia pada tujuh bulan, tapi itu untuk menguatkan dan meneguhkan doa sederhana sebelum "pertemuan" tadi. Agar calon manusia yang ada di rahim seorang perempuan lebih tegas dan yakin setelah menjawab "balaa" atas pertanyaan: "alastu birobbikum?"

Terlebih, saran untuk membaca surat Maryam dan surat Yusuf pun semakin menguatkan bahwa proses pembentukan manusia sudah dimulai. 

Jadi, tak hanya ayah dan laki-laki yang mesti mengucap; "Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma jannibnaa as-syyaithaana wa jannibi as-syaithoona maa razaqtanaa," perempuan dan ibu pun mesti membacanya. Karena hakikatnya, dan mestinya perempuan lebih dominan dalam proses pembentukan seorang manusia.

Lalu bagaimana dengan mereka yang belum dikaruniai anak? Positif Thingking aja, Allah lebih sayang dengan memberi ujian berupa sabar. Dan kita bisa belajar ketabahan dari seorang Siti Hajar. Bagaimana ibu Ismail ini mesti seorang diri menjaga anaknya di Padang pasir tandus. Bagaimana ibu perkasa ini mesti bolak balik untuk mencari minum untuk Ismail kecil yang kehausan. Bahkan, bisa jadi, ketika waktunya tiba, Allah memberi keturunan yang tabah dan pantang menyerah layaknya Siti Hajar. 

Allahu A'lamu bisshowab

Sawangan Baru, 24072020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)