Edan.
Gila. Edan. Pe-A. Sinting. Setdah. Gendeng. Embelgedes. Kira-kira apa ya, kata yang bisa mewakili apa yang dilakukan Kulub hingga menjelang subuh ini. Jam tiga lewat tiga puluh menit, ia menelepon dan meminta saya datang ke rumahnya. Ada hal vital, urgen, dan krusial yang mau ia bicarakan. Saya pun bertanya balik, kenapa tidak Kulub saja yang datang ke rumah saya seperti biasa. Ia menjawab dengan suara lemas, tenaganya hampir habis dan tak kuat lagi untuk berjalan. Seperti jambret yang dengkulnya mau copot dikejar-kejar massa. Hal tersebut, membuat saya bergegas ke rumahnya, seperti orang yang ingin buang air besar; segera dan mesti dituntaskan. Jalan sepi membuat perjalanan saya lebih cepat. Kurang dari dua puluh menit saya sampai di rumah Kulub. Kamar Kulub yang terpisah dengan rumah utama memudahkan saya dan siapapun yang ingin ke kamarnya, kapanpun. Pintu tak terkunci. Kulub terbaring di atas kasur. Ia bangun lalu duduk dengan kaki masih "selonjoran". Mukanya begitu...