istikomah
(Saya mesti minta maaf kepada KBBI dan para tokoh yang menyusunnya. Sebab, meski dalam KBBI tertulis istikamah, saya tetap menulis istikomah. Dan kata-kata lain yang berasal dari bahasa Arab tetap saya tulis menyerupai pelafalannya).
Kiayi Muhammad Abdul Mujib, wakil Rois Syuriah NU kota Depok, dawuh: siapapun, mesti punya amalan yang dibiasakan agar ada "atsarnya". Atsar bisa berarti bekas, tapak, jejak, dampak, efek, keutamaan, dan seterusnya. Jadi, bisa dibilang; pekerjaan apapun yang dibiasakan, akan melahirkan keutamaan-keutamaan.
Kebiasaan, lengket dengan istikomah. Istikomah yang dibilang lebih baik dari seribu karomah. Kiayi Mujib memberi cara agar bisa istikomah. Di antaranya selalu berteman dan bergaul dengan orang baik, benar, dan jujur. Bukan, bukan berarti meninggalkan mereka yang sebaliknya. Tapi lebih kepada mereka yang perilaku serta ucapannya menunjukkan kepada Allah. Ini seperti dawuhnya Syaikh Ibnu Athoilah Assakandsri dalam kitabnya Al-Hikam.
Nasihat Ibnu Athoilah ini, kata Kiayi Mujib, konon menjadi pijakan Syaikh Hasyim Asy'ari sebelum mendirikan Nahdhotul Ulama. "Kata yunhidhuka dalam nasihat Ibnu Athoilah tersebut yang mendasari Syaikh Hasyim Asy'ari dalam memberikan nama untuk Nahdhotul Ulama," terang Kiayi Mujib yang kemudian menjelaskan perkara Solih dan Muslih.
Menjadi Solih (baik) itu lebih mudah dibanding menjadi Muslih (yang memperbaiki, yang membuat orang baik). Nah, sepertinya, penekanan berteman dengan orang baik yang dimaksud adalah kepada mereka yang Muslih ini. Di antaranya dengan selalu mengikuti pengajian dan menghadiri majelis-majelis ta'lim.
Sebab, Kiayi Fakhruddin Murodih menegaskan di dalam majelis ta'lim ada ilmu, hikmah, dan berkah. Ketiganya, tak sekadar perlu, tapi penting bagi kehidupan seseorang. Tak hanya di dunia, tapi akhirat juga.
Ya, di majelis-majelis ta'lim begitu banyak keistimewaan. Di antaranya, dalam kitab kifayatul Adzkiya dijelaskan ada seorang yang menjadi Wali bukan karena rajinnya ia belajar dan mengaji, tapi karena ia selalu melayani orang yang mengaji. Menyiapkan karpet, lekar, makan, minum, hingga parkir pun bisa masuk kategori ini. Luar biasa, bukan?
Hal terpenting dari semua itu adalah istikomah. Sekali lagi: istikomah. "Walau kecil dan terlihat sepele, apapun jika dikerjakan istikomah, akan menimbulkan atsar," jelas Kiayi Mujib yang menekankan tentang guru yang sanad keilmuannya terhubung hingga sampai kepada Rosulullah, dan kitab-kitab rujukannya yang muktabaroh. "Kalau tidak seperti itu (guru dan kitab), maka perlu dipertanyakan, bahkan diwaspadai kebenarannya," tegas Kiayi Mujib.
Saya yang tak duduk di hadapan beliau, karena memilih berada di belakang puluhan motor yang terparkir di halaman majelis Ta'lim dan Ratib Ittihadussyubban, pun merasa bergairah. "Tak apa di tempat parkir, yang penting hadir ngaji," batin saya. Saya pun menjawab "qobiltu" dari kejauhan setelah Kiayi Mujib memberi (mengijazahkan) beberapa amalan yang bisa didawamkan (dibiasakan dan diistikomahkan).
Setidaknya, ada empat amalan yang bisa dipilih, yaitu: Sholawat nabi, sholawat Fatih, shalawat Nuril Anwar, dan Hasbunallah wani'mal wakil hingga akhir. Tentu saja, semuanya dibaca dengan jumlah tertentu pada waktu tertentu pula. Ya, saya yang masih terbata-bata untuk istikomah, sepertinya mesti memaksakan diri. Walau sepele, receh, dan tampak kecil, ada keyakinan besar dalam diri saya, itu melahirkan dampak yang besar.
Allahu A'lamu bisshowab
Sawangan Baru, 10062020
Komentar
Posting Komentar