Alinco (cerita singkat pemasaran bag-2)


Bekerja dan berprofesi apapun, hakekatnya kita semua adalah pedagang dan penjual. Hanya beda bentuk saja. Ada yang menawarkan kemampuan kakinya, keterampilan tangannya, kelihaian bicaranya, kecerlangan otaknya, hingga keindahan wajah dan bentuk tubuhnya. Semuanya bersumber dari diri sendiri. Dan itu modal utama. Sekali lagi: modal utama. 

Tentu saja modal utama itu mesti diiringi dengan keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri. Jika tidak, sehebat apapun kemampuan seseorang, akan seperti pisau karatan dan tumpul. Semuanya mesti terus dilatih. 

Keyakinan ditambah kepercayaan diri  kemudian diiringi proses belajar dan berlatih yang tak henti, sepertinya akan menghasilkan "produk" yang tak biasa. Mereka yang terus melatih kemampuan kakiknya dalam bermain sepak bola, akan memberikan produk permainan yang asik dan ciamik. Mereka yang melatih kemampuan tangannya dalam menggambar, suatu saat akan memberikan produk lukisan yang menawan. Mereka yang terus melatih kemampuan vokalnya, suatu saat akan memberikan produk suara yang enak didengar. 

Kemampuan dan keterampilan yang "edan", produk-produk yang bagus, hebat, dan dahsyat akan seperti daun putri malu ketika tersentuh tangan. Semuanya seakan tiarap jika tidak ada proses "menjualnya". Ya, menjualnya. 

Produk tersebut seyogyanya dijual kepada orang lain. Sebab di situlah salah satu fungsi produk-produk tersebut: memberikan manfaat untuk mereka yang membutuhkan serta menginginkan. Jika sudah diinginkan, apalagi dibutuhkan, produk kita akan selalu dicari orang-orang. 

...

Produk-produk yang keluar dari kemampuan diri sendiri itu lebih lekat dan biasa kita sebut dengan jasa, etos kerja atau kinerja. Ya, kita  menjual hal tersebut lalu mendapat bayaran dari kemampuan yang kita berikan untuk orang lain itu. Semakin berkualitas maka biasanya bayarannya pun semakin tinggi. 

Selain jasa, produk yang keluar dari kemampuan seseorang pun bisa berbentuk barang dan benda. Mereka yang terampil memasak, bisa menghasilkan makanan. Mereka yang terampil membuat desain dan menjahit, bisa membuat pakaian. Dan seterusnya. 

Barang atau benda itu pun memiliki Prinsip dasar yang sama, yaitu: apapun jika sudah diinginkan serta dibutuhkan, akan dicari orang-orang. Begitupun dengan benda-benda dan barang-barang (produk) yang (ingin) kita jual. 

Apapun jenis barangnya, bagaimanapun bentuk bendanya,bselama itu jadi kebutuhan orang-orang, bisa dipastikan akan dicari dan dibeli. Karenanya, pastikan terlebih dahulu siapa yang membutuhkan serta menginginkan produk yang kita jual. 

Pertanyaannya hanya apakah Anda mau jual atau tidak benda-benda tersebut?

...

Saat ini, saat internet mulai mudah diakses, kegiatan jual-beli pun semakin mudah. Tapi ada beberapa hal dasar yang sama.

Pertama, kemauan untuk berjualan. Ya, hal mendasar adalah kemauan. Sebab, tak sedikit orang yang tidak mau jualan. Tentu saja dengan berbagai alasan. Dan ini soal pilihan saja; Mau atau tidak?

Kedua, kemauan untuk terus belajar dan berlatih. Jualan itu bagian dari keterampilan. Semakin sering dilatih, akan semakin terampil. Semakin sering belajar akan semakin banyak pengetahuan. 

Ketiga, ada produk yang mau dijual. Baik berupa benda tak berwujud (seperti jasa dan kinerja), atau pun benda berwujud (pakaian, makanan, mobil, motor, dll).

Keempat, memperlihatkan lalu menawarkan dan . Ya, kegiatan jual beli tak lepas dari hal ini. Kita memperlihatkan lalu menawarkan produk kepada orang lain. Soal mereka mau atau tidak, itu soal lain. Hal terpenting adalah memperlihatkan lalu menawarkan. 

Kelima, kesepakatan. Jika setelah memperlihatkan lalu menawarkan, dan ada yang mau, maka akan terjadi proses negosiasi dan interaksi. Ujungnya akan lahir kesepakatan bersama. 

....

Perlu diingat, karena segala sesuatu menyimpan resiko, maka perlu diperhatikan juga soal ini. Tapi, sebesar-besarnya, segala resiko bisa diantisipasi. Misalnya, produk yang kita jual mudah dan cepat rusak, basi, atau busuk. Bisa disiasati dengan mempercepat produk tersebut dibeli orang.

Atau sudah banyak orang yang menjual produk yang sama. Bisa disiasati dengan hal pembeda. Misalnya, ada dua orang yang sama-sama menawarkan produk yang sama dengan harga yang sama. Si A, melayani dengan ramah dan cepat. Sementara si B, acuh, "jutek" dan bodo amat. Kira-kira Anda mau membeli di tempat siapa, A atau B?

Dan masih banyak lagi resiko yang akan selalu menyertai dalam setiap kegiatan jual beli. Tapi, lagi-lagi perlu disadari, sebanyak dan sebesar apapun, resiko bisa diantisipasi dan dihadapi. 

Dan inilah salah satu alasan kenapa Alinco memilih usaha bersama di dunia pakaian. Produk-produknya tidak cepat rusak, tidak gampang basi, dan tidak busuk. Jadi ketika kami memberi tawaran serta mengajak orang-orang untuk berjualan, resiko rusak, basi, dan busuk ini setidaknya bisa dengan mudah dihadapi. Para distributor, agen, hingga reseller tak perlu mengkhawatiri hal ini.  

Kualitas kain dan jahitan pun bisa terus diperbaiki hingga titik optimal. Kain yang dipakai adalah kain di tingkat A dan kelas premium.  Hingga orang-orang nyaman menggunakannya. 

Model-model pakaian pun bisa terus diganti, bahkan bisa dibuat sesuai keinginan dan pesanan setiap orang. Menyesuaikan dengan karakter dan gaya masing-masing. 

Pakaian menjadi kebutuhan pokok dari bayi hingga aki-aki. Dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Satu hal yang terpenting adalah pakaian produksi Alinco harus bermanfaat untuk orang banyak. Karenanya kami harus membuat sistem penjualan yang melibatkan banyak orang, tapi memudahkan. Hingga ujungnya memberikan orang-orang ketenangan, kecerlangan, dan kebahagiaan. Terutama dalam menyikapi soal keuangan keluarga.

Bagaimana sistemnya? Insyaallah akan saya ceritakan besok.

Sawangan Baru, 12122021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)