Pedagang Aman dan Tak Aman.


Saya pernah baca kalimat yang isinya kira-kira seperti ini: "sembilan dari sepuluh pintu rejeki adalah lewat berdagang." Sebagian orang bilang itu bersumber dari sebuah hadits. Walau ada yang mengatakan bahwa itu hadits lemah, tapi saya kok mengamininya. kenapa?

Seperti cerita saya kemarin, pada hakekatnya semua yang dilakukan seseorang dalam terutama urusan dunia (mencari nafkah, memenuhi kebutuhan, dll) adalah berdagang. Bentuk dagangannya ada yang berupa non-fisik alias tak berwujud (seperti jasa, skill, tenaga, dll), ada pula yang berwujud (seperti pakaian, kain, kendaraan, dll). Semua pekerjaan dan profesi jika didagangkan dengan sebaik-baiknya, seperti akan menjadi pintu rejeki. 

Para buruh, karyawan, dan pekerja kantoran, pada hakekatnya mereka adalah pedagang. Mereka menawarkan jasa, tenaga, pikiran waktu, skill, dan kemampuan mereka yang lain kepada pemilik perusahaan. Ketika pemilik perusahaan menerima, maka pemilik perusahaan pada hakekatnya adalah pembeli. 

Pedagang jenis ini adalah pedagang yang aman. Sebab, mereka sudah memiliki satu pembeli tetap, yaitu pemilik perusahaan. 

Sementara pedagang di pasar, pemilik toko (offline atau online), dan pedagang-pedagang produk lain adalah pedagang yang tidak aman. Sebab mereka belum punya pembeli tetap. Karenanya pemasukan keuangannya pun tak tetap. 

Tapi, tidak menutup kemungkinan, pedagang yang tak aman ini, justeru memiliki potensi melebih pedagang yang aman. Kenapa? Karena pembeli mereka bisa lebih dari satu, bahkan tak terhingga.

Sekali lagi, langkah awal keduanya adalah sama-sama menawarkan. Pedagang aman menawarkan jasa, keahlian, serta kemampuan mereka lewat surat lamaran pekerjaan ke satu orang yaitu pemilik perusahaan. 

Sementara pedagang tak aman, menawarkan produk mereka ke banyak orang lewat berbagai macam cara dan media. Ada yang lewat foto produk, ada yang lewat video, ada yang lewat toko offline, ada yang lewat media sosial, dll. Intinya menawarkan produk. 

Soal apakah orang-orang tertarik dan mau menerima produk yang ditawarkan, itu soal lain lagi. Dan ini berarti, butuh cara agar orang lain tertarik dan mau membeli produk yang kita tawarkan. 

Saya teringat kisah awal saat memulai usaha jual beli kelapa tua. Itu dimulai karena ada yang butuh. Ya, karena butuh. Ini kunci pertama. Prinsip pertama dalam menawarkan produk: cari tahu siapa yang butuh produk yang kita jual. 

Kalau sudah butuh, bisa dipastikan produk kita akan dicari dan dibeli. Pertanyaannya bagaimana mencari tahu orang-orang yang butuh dengan produk kita itu?

Saya ingin kembali cerita saat usaha jual beli kelapa tua. Saat itu, setelah mendapat pelanggan pertama, saya pun coba menerka-nerka siapa saja mereka yang butuh kelapa tua. Saya membuat daftarnya. Di antaranya: pedagang kelapa tua, para pedagang nasi uduk karena salah satu bahannya adalah santan, pedagang kue yang butuh santan dan parutan kelapa, dan seterusnya.

Ya, langkah awal yang saya lakukan adalah menerka-nerka siapa saja yang butuh. Kemudian saya keliling, karena saat itu belum banyak media sosial dan pengguna internet, menawarkan kelapa tua ke orang-orang yang sudah saya buat daftarnya. Saya tak peduli, mereka mau atau tidak, tugas saya hanya menawarkan. 

Dari sekian banyak orang yang saya datangi, beberapa ada yang menjadi pelanggan, beberapa menolak. Saya pun mencari tahu lagi, apa yang membuat mereka mau dan apa yang membuat yang lainnya menolak. 

Saya dapat beberapa jawaban. Untuk mereka yang mau, di antaranya: pertama, kelapa tua yang saya tawarkan berukuran lebih besar dari kelapa tua yang biasa mereka dapatkan. Kedua, kebanyakan pedagang dan pemakai kelapantua, sudah memiliki asumsi sendiri tentang kualitas kelapa tua yang bagus itu seperti apa dan dari daerah mana. Ketiga, mereka mau, karena saya memberi p layanan dengan gratis ongkos kirim. Mereka terima kelapa tua di tempat. Mereka lebih terbantu karena tak perlu repot-repot membawa sendiri kelapa tua dari pasar. Dan masih banyak lagi hal yang membuat mereka mau membeli kelapa tua dari saya. Alasan mereka ini menjadi pegangan saya untuk mempertahankan serta meningkatkan penjualan. Sebab, tak jarang saya mendapat pelanggan baru justeru dari mereka yang beli. Mereka merekomendasikan kelapa tua dagangan saya kepada teman-temannya yang juga menjual atau memakai kelapa tua.

Mereka yang menolak dan tak mau pun punya alasan. Pertama, biasanya mereka sudah punya langganan, tempat biasa mereka beli kelapa tua. Kedua, tidak mau coba-coba. Mereka butuh yang pasti-pasti saja. Sebab, banyak yang menjual kelapa tua musiman saja. Sementara mereka butuh penyuplai yang konsisten. Bahkan saat kelapa tua sedang jarang dan susah didapatkan, mereka tetap bisa dapat suplai. Ketiga, karena tidak mau saja. Ini biasanya karena suasana hati dan pikiran. Sebab, beberapa orang yang awalnya menolak lalu beberapa Minggu kemudian mau membeli bilang demikian. Dan alasan-alasan lain.

Semua alasan penolakan itu menjadi acuan saya untuk mencari konsumen-konsumen baru. Karena salah satu tugas penjual adalah terus belajar dan memperbaiki semuanya agar lebih baik dari hari ke hari. Bukan malah menyerah dan berhenti. Terus tawarkan, pelajari, tawarkan lagi, pelajari lagi. Sampai kapan? Sampai Anda benar-benar yakin dan tahu pasti bahwa produk yang Anda jual sudah tidak dibutuhkan dan sudah tidak dipakai orang lagi. Kalau masih ada yang pakai dan butuh, ya jangan berhenti. Terus saja tawarkan. 

Nah, karena hal itu pula, meyakini setiap orang masih butuh pakaian dan memakainya, Alinco akan terus produksi dan menawarkan pakaian kepada siapapun. Terutama kepada mereka yang ingin memiliki penghasilan dan manfaat dari pakaian. Siapapun bisa jadi distributor, agen, atau reseller Alinco. 

Apa dan bagaimana menjadi Distributor, Agen, dan reseller Alinco? Insyaallah akan saya ceritakan besok. 

Sawangan Baru, 13122021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)