Cerita Tentang Tapi



Hal paling menyenangkan adalah bertemu banyak orang. Mendengar kisah mereka yang unik dan menarik. Di antaranya adalah tentang orientasi hidup dan bagaimana menyikapinya. 

Ada orang yang dulu penuh keyakinan bahwa cita-citanya bisa tercapai, tapi kemudian berubah dengan mengatakan bahwa hidup mesti dijalani apa adanya saja. Ada pula yang dulunya sangat optimis bahwa kehidupannya akan menjadi lebih baik, tapi kemudian berubah menjadi orang paling pesimis. 

Perubahan itu terjadi karena kenyataan hidup yang mereka alami masing-masing. Terlebih mereka yang sudah berusaha berkali-kali tapi hasilnya nihil. Kehidupan mereka tak berubah. Gitu-gitu aja. Bahkan, pernah ada yang bilang ke saya: "Kata-kata motivasi seperti nasi basi. Yang gue perlu adalah solusi." 

Ketika saya tanya solusi untuk apa, satu hal yang saya simpulkan dari jawaban kebanyakan mereka adalah soal kehidupan di dunia; Bisa menafkahi keluarga, bisa hidup senang dengan banyak uang, dan bisa memenuhi semua keinginan serta kebutuhan. Sementara untuk urusan akhirat, kebanyakan mereka mengatakan dengan tegas: urusan pribadi dengan Tuhan. 

Tak sedikit yang bilang: "kerja tiap hari hanya cukup untuk makan. Kalau anak-anak minta ini dan itu, ujungnya hanya bisa bilang sabar. Dan mesti ada hal lain yang dikorbankan. Uang buat ini terpaksa buat itu dulu." Ujungnya, akan selalu terlontar bahwa mereka ingin dan mencari pekerjaan sampingan agar bisa nambah pemasukan uang. 

Hal paling nendang adalah saat mereka bilang mau usaha. Punya unit usaha sendiri. Sayangnya ketika ditanya mau usaha apa, akan banyak kata tapi dari mulut mereka. Tapi gak ada modal lah, tapi gak tahu mau usaha apa lah, bisa produksi tapi gak tahu masarin kemana lah, tapi takut inilah, khawatir itulah, dan tapi-tapi yang lain. Dan itu yang akhirnya malah membuat mereka tidak memulai keinginannya untuk punya unit usaha. 

Malah, sering saya dibuat geleng-geleng dan tepok jidat. Tak sedikit dari mereka yang bilang mau punya unit usaha, tapi tidak mau jualan. Padahal jualan itu langkah awal punya unit usaha. Mau jualan produk atau jasa, semua unit usaha, gerak dasarnya ya jualan. 

Kemudian, ketika saya bilang modal utama untuk memulai usaha adalah diri kita sendiri, mereka malah bilang modal utama adalah uang. Saya pun tanya balik: terus usaha buat dapet uang atau dapet uang buat usaha? 

Lalu takut rugi kalau usaha. Lebih tepatnya takut dagangan gak laku. Saya pun tanya lebih jauh: apa yang membuat dagangan gak laku? Sudah coba menawarkan barang dagangan? Kalau sudah, berapa banyak orang yang ditawarkan? 

Ada lagi orang yang pernah jualan, tapi barang dagangan habis, uangnya tidak kelihatan. Malah mesti keluar modal terus untuk beli barang dagangan. Saya pun tanya soal manajemen keuangannya. Ternyata, semua uang hasil dagangannya dipakai semua untuk keperluan sehari-hari tanpa pembagian yang jelas. "Tapi Repot dan ribet kalau dibagi-bagi kayak gitu" kata mereka.

Dan masih banyak lagi cerita menarik tentang tapi dari orang-orang yang mau punya usaha dan tidak memulainya. Karena itu semua, akhirnya saya pun membuat skema untuk orang-orang yang ingin punya unit usaha. Skema ini saya beri nama Alternative Income.

Insyaallah akan saya ceritakan esok. 

Sawangan Baru, 09122021

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)