Lihat, identifikasi, dan Cari Tahu Penyebab Semua Hal yang Dianggap Masalah, Kenapa Terjadi. (Keajaiban Masalah)
Setelaah pulang dari rumah guru, biasanya Kulub akan ngajak ngobrol santai di suatu tempat. Tapi, tidak malam itu. Kulub pun pamit pulang dan hanya bilang agar saya mengerjakan yang dipinta guru.
Padahal baru jam delapan lewat beberapa menit. Dan, sungguh, saya butuh Kulub, setidaknya sahabat yang satu ini bisa kaasih support dan menguatkan saya. Tapi, sepertinya Kulub memang ingin saya menuliskan semua hal yang saya anggap masalah seperti yang dipinta guru.
Jam sembilan lewat beberapa menit, saya tiba di rumah. Tak ada yang berubah. Bangku dan meja bambu masih saja diam di serambi. Lantai dengan keramik berwarna hijau tua. Dinding berwarna krem dihiasi garis oranye. Serta tumpukan kain perca dan plastik bekas pembungkus kain masih menumpuk di depan rumah bagian kiri.
Sebagian depan rumah ini memang seperti gudang. Ditambah, di bagian halaman depan pun ada beberapa karung berisi botol-botol berbahan plastik, kaleng, dan alumunium.
Siapapun yang melihat, akan berasumsi ini adalah lapak rongsok. Asumsi itu ada benarnya, tapi belum lengkap. Ya itu semua, adalah limbah dari produksi gamis dan pakaian muslim yang saya produksi.
Bagian dalam rumah sudah gelap. Saya meyakini bahwa Umi sudah tidur seperti biasanya setelah solat isya, akan rebahan di depan tivi, nonton sinetron, lalu perlahan Umi yang "ditonton" tivi.
Saya tidak langsung masuk kamar yang terpisah dari rumah utama. Kamar saya berada di depan. Jadi, ketika saya pulang larut malam, tidak mengganggu tidur umi. Saya memilih duduk di bangku bambu lalu menggeletakkan buku tulis yang dikasih guru ke ataseja bambu.
Otak saya terus masih dipusingkan dengan hal-hal yang saya anggap masalah. Bawaan saya ingin masalah itu cepat selesai. Bawaan saya belum terlalu tenang. Selalu saja ada sentuhan gelisah. Malah, terbersit "gimana mau nulis, kalau keadaan gue gak tenang. Nulis kan perlu tenang," dalam hati.
Dua detik kemudian, HP saya bergetar. Terlihat Kulub menghubungi. Setelah saya terima, tanpa basa-basi, Kulub langsung bilang: "gak usah mikir macem-macem, tulis aja semua yang lu anggap masalah." Lalu ia pun langsung menutup pembicaraan tanpa menunggu komentar saya.
Mau tak mau, saya pun buat daftar hal-hal yang saya anggap masalah. Semuanya. Pokoknya saya tuliskan semuanya.
Gilanya, ternyata Butuh dua lembar lebih untuk saya menuliskannya. "Edan, ternyata saya banyak masalah!" Umpat batin saya.
Tiga detik kemudian, Kulub kembali menelepon. Tanpa basa-basi ia langsung bilang: "jangan mikir macem-macem. Gak usah ngeliat apa yang lu tulis. Besok kita ke rumah guru. Sekarang, gue tunggu lu di Serpong. DI tempat biasa kita ngopi. Kagak pake tapi."
Saya simpan buku "masalah" di kamar, saya pun meluncur ke Serpong. Di saat seperti ini, di saat masalah datang bertubi-tubi, ngobrol dengan sahabat sungguh bisa memberi kekuatan tersendiri. Seperti ada transfer energi. Terlebih ngobrolnya dengan sahabat yang benar-benar mengerti.
Jam dua belas lewat beberapa menit, saya tiba di Serpong, di tempat saya dan Kulub biasa duduk santai, ngobrol, dan berbagi. Tempatnya tepat di pinggir jalan, tapi bukan jalan utama BSD yang riuh dan ramai, meski telah malam.
Saat ngobrol, Kulub sama sekali tidak membahas pun tidak menanyakan soal hal-hal yang saya anggap masalah. Ia malah ngajak diskusi yang lain. Terutama soal menikmati hidup apapun yang terjadi dan apapun yang tersaji dengan prinsip tenang, terang, dan senang.
Tak terasa, sudah jam 4 pagi. Saya kembali ke rumah. Usai solat subuh, saya lihat kembali buku "masalah". Lagi-lagi kegelisahan, kegalauan, pusing, dan hal-hal negatif mulai merambat di diri ini. Kulub lagi-lagi menelepon dan langsung bilang: "udah jangan dilihat bukunya. Sekarang sarapan aja dulu. Terus baca buku, atau tontonin YouTube sampe lu tidur." Usai bilang seperti itu, ia langsung menutup pembicaraan.
Saya coba ambil satu buku dengan acak. Baru dua halaman, otak menolak. Pusing karena masalah lebih mendominasi. Saya pun akhirnya lebih memilih rebahan di kasur sambil menonton YouTube. Hingga tertidur.
Jam dua belas lewat beberapa menit, saya terbangun karena merasa HP bergetar. Ternyata Kulub yang menelpon. "Mandi, solat, terus kita berangkat sekarang juga ke rumah guru. Barusan guru telepon saya, nyuruh dateng siang ini juga. Tadi beliau telepon lu, tapi gak lu angkat."
Saya lihat ada panggilan tak terjawab. Dengan kesadaran yang belum penuh, saya bangkit dari tempat tidur. Jam setengah dua lewat beberapa menit saya dan Kulub tiba di rumah guru.
"Gimana, udah ditulis semuanya?" Tanya beliau yang langsung saya jawab dengan ya.
"Kalau gitu, sekarang kamu lihat satu persatu semua yang kamu tulis itu. Lalu tanya dirimu sendiri, kenapa semua itu bisa terjadi? Cari penyebabnya! Sekarang juga!"
Saya sedikit kaget dengan permintaan beliau. Tapi, mau tidak mau, saya pun melakukannya.
"Tulis semuanya. Boleh pakai asumsi, lebih bagus pakai data dan fakta!" Ucap beliau lalu beranka meninggalkan saya dan Kulub.
Lagi-lagi saya diminta menulis. Terlebih diminta berpikir. Dengan sedikit keengganan, saya mulai mencari tahu penyebab semua hal yang saya anggap masalah itu terjadi.
Lebih dari dua puluh delapan menit saya mencari penyebab semuanya. Hingga guru datang lalu bilang: "Banyak orang yang sebenarnya tidak tahu apakah yang dialaminya itu masalah, atau hanya kesulitan, keinginan, ketidaktahuan, ujian, musibah, atau apa. Makanya kenali dulu sebenarnya yang dihadapi itu apa. Makanya, saya minta kamu untuk cari tahu penyebab semua itu apa," terang guru lalu mulai meminta saya melihat sebab-sebab yang mengakibatkan hal-hal yang dianggap masalah.
Bersambung...
Allahu a'lam bisshowab
Sawangan Baru, 08022022
Komentar
Posting Komentar