Tulis Semua Hal yang Dianggap Masalah. (Keajaiban Masalah)

Setiap orang bisa dipastikan punya masalah. Apapun bentuknya, bagaimanapun kadarnya, semuanya pasti pernah atau bahkan sedang mengalami dan punya masalah. Pun dengan saya. Saya pun mengalami dan memilikinya. 

Beruntungnya, saya punya sahabat bernama Kulub. Ketika tahu saya punya masalah, ia mengajak saya ke seseorang yang tidak boleh saya sebut di sini. Dan saya memberanikan diri untuk menuliskan dan menceritakan tentang "masalah" pun atas saran dan izin beliau. 

Saya dan Kulub memanggilnya guru. Walau beliau tidak mau dipanggil dan disebut guru. Tapi untuk memudahkan, kami memanggilnya guru.

Setelah saya dan Kulub menemui beliau, saya pun mulai mencurahkan semua unek-unek dan segala hal yang saya "anggap" masalah. Tidak ada yang saya tutup-tutupi. Semuanya saya ceritakan begitu detail kepada beliau.

Setelah saya anggap selesai, respon pertama beliau adalah senyum. Ya, hanya senyum. Sekitar 7-10 detik beliau hanya senyum sambil melihat mata saya. 

Setelah itu, beliau bilang kepada saya agar banyak bersyukur karena banyak masalah. Lah, saya heran. Kok malah disuruh syukur untuk masalah yang tengah saya alami?

Beberapa detik kemudian, beliau hanya cerita. Ya hanya cerita. Awalnya saya yang berharap dapat solusi dan jalan keluar, terbesit di dalam hati: "kok malah mau cerita, gue butuh saran, tips, solusi buat semua masalah yang saya hadapi." 

"Boleh saya cerita?" Tanya beliau ke saya dan Kulub yang kemudian mengangguk.

Cerita pertama beliau tentang sosok yang tak asing bagi saya, yaitu Gusdur. Beliau cerita bahwa Gusdur pernah bilang yang kita-kira ucapannya seperti ini: "masalah itu ada dua. Ada masalah yang pasti ada solusinya dan ada masalah yang tidak ada solusinya."

Masalah pertama adalah yang pasti dan bisa dipastikan ada jalan keluar dan solusinya. Ini berarti bukan masalah. "Iya, kan?" Tanya beliau. "Gimana jadi masalah, wong ada solusi dan jalan keluarnya. Berarti bukan masalah, toh?" Lanjut beliau. Saya dan Kulub hanya ngangguk-ngangguk. 

"Nah, berarti yang perlu dilakukan adalah mencari tahu solusi dan jalan keluarnya," terang beliau. Kata kunci yang beliau tegaskan adalah mencari tahu. 

Nah, sesuatu dianggap masalah, bisa dipastikan karena saya belum tahu jalan keluar atau penyelesaian dari masalah. Ini berarti yang harus saya lakukan adalah mencari tahu. Ini berarti saya mesti belajar atau mencari tahu. 

Caranya, bisa mencari sendiri berbagai informasi atau sesuatu yang "dianggap" bisa memberi jalan keluar. 

Atau, bisa bertanya kepada mereka yang tahu. Atau mereka yang pernah mengalami masalah serupa. Dan masih banyak lagi caranya. 

"Tapi, yang lebih penting dari itu, yang lebih penting dari solusi adalah melihat lebih jelas apa "sebenarnya" masalah yang dihadapi," lanjut beliau.

Ya, beliau menjelaskan bahwa, sebelum cari solusi, yang harus dilakukan adalah lihat, pahami, dan cermati sesuatu yang saya anggap masalah. 

"Masalah itu seperti pertanyaan atau sebuah soal. Gimana mau jawab dan tahu jawabannya kalau soalnya aja belum dipahami," tegas beliau.

Saya hanya ngangguk-ngangguk dan bilang dalam hati: "iya ya, gimana mau jawab, kalau pertanyaannya aja belum saya pahami." 

Beliau lalu cerita, tentang orang yang bertanya suatu tempat kepada saya. Pertama, ada orang yang yang bertanya suatu tempat dengan suara tidak jelas. Kedua, ada orang yang bertanya suatu tempat yang saya tidak tahu. 

Itu dua hal yang berbeda. Yang pertama, saya tidak bisa menjawab, karena saya tidak jelas apa yang ditanyakan. Ini berarti saya mesti memperjelas dulu apanyang ditanyakan. Sementara untuk yang kedua, saya bisa bilang tidak tahu, atau mencoba tanya ke orang yang tahu. 

Begitu pun dengan masalah. Beliau mengarahkan saya untuk melihat lebih teliti tentang apa yang saya anggap masalah. Sebanyak apapun masalahnya, saya mesti lihat satu persatu. Lalu urai masalah-masalah itu. 

Tak lama beliau kasih saya pulpen dan buku tulis. "Coba kamu tulis satu persatu, semua masalah yang kamu ceritakan tadi. Tulis dengan detail. Jangan, jangan tulis perkiraan solusi. Tapi, tulis semua hal yang kamu anggap masalah dankamu ceritakan ke saya. Kalau kamu sudah selesai menuliskannya, kamu datang lagi ke saya," ucap beliau.

Kulub pun menyoleh dengkul saya. Ini kode untuk saya dan Kulub pamit. Akhirnya menjelang isya saya pamit. Ya, saya silaturahmi ke rumah beliau memang setelah magrib. 

"Besok malam, saya tunggu kamu," ucap beliau ketika saya dan Kulub pamit. 

Bersambung...

Allahu a'lam bisshowab

Sawangan Baru, 07022022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)