Bismillah

Seperti ada yang hilang. Rasanya tuh hambar. Pun hampa jika malam di jam-jam segini saya tidak menapakkan jejak lewat tulisan. Lewat cerita.

Meski mata dan badan begitu lelah, ada bagian dari diri saya yang terus meminta agar saya bercerita. Saya tidak tahu, apa itu. Yang jelas, rasanya seperti ditinggal pergi perempuan ketika sayang-sayangnya. Nyesek. Perih. Pedih. Bahkan lebih.

Tak bisa dipungkiri, malam ini mata saya meminta untuk terpejam lebih cepat. Pasalnya sejak kemarin malam, nih mata kayak zaman romusha. Beruntungnya mata ini terus terbuka bukan untuk kerja rodi dan kerja paksa, tapi untuk menemani diri yang benar-benar disayang Tuhan dengan berbagai nikmatnya. Terutama nikmat bahagia.

Ya, kamis siang saya kembali diajak menikmati liburan dan hiburan. Tujuannya masih kota hujan yang kekinian sering disebut kota seribu angkot. Dan tentu saja, masih dengan perempuan manis yang perhatiannya begitu sadis. Bayangkan saja, dia menghubungi saya seperti orang minum obat. Tapi overdosis. Tidak hanya tiga kali sehari. Tiga hingga sepuluh menit sekali. Jika tidak menelepon, ia akan mengirimi pesan via whatsapp. Sadis, kan?

Hingga pagi, kami berdua, dan tiga orang teman, menghabiskan malam dengan ngobrol, ngopi, bakar jagung, hingga nyanyi-nyanyi. Kemeriahan dan kesenangan itu diawali dengan yasinan dan tahlilan. Bukan tanpa sebab, selain mendoakan para leluhur yang sudah meninggal dunia, salah satu teman Kia berulang tahun. Walhasil, acara dari kamis malam hingga jumat sore, dialah yang menanggung semuanya. Betapa nikmat, bukan?

Dan malam ini, setelah sampai rumah, lelah dan kantuk baru terasa. Sepertinya, ungkapan orang-orang tua benar adanya: tidak ada kata lelah ketika melakukan sesuatu yang membahagiakan dan menyenangkan atau melakukan sesuatu yang disuka. Makanya, "lakukan yang kamu suka, dan sukai yang kamu lakukan", menjadi sangat relevan.

Meski terlihat membahagiakan, jangan kira kumpulnya kami selalu diisi tawa. Ada waktunya kami merenung bahkan menangis bersama. Ini terjadi, ketika kami mencoba merenungi tentang waktu di dunia. Pasalnya, ya itu tadi, salah satu teman kami ada yang berulang tahun. Nah, dia ingin ulang tahunnya yang ke dua puluh tujuh ini diperingati dan dirayakan berbeda.

Bicara mimpi, mengeluarkan unek-unek di hati, dan merenungi tentang waktu menjadi hal-hal yang mengisi perayaan ulang tahun temannya Kia. Tentu saja teman saya juga. Ini terjadi setelah kami yasinan dan tahlilan. Dan ternyata, hal-hal begini membuatnya terlihat lebih plong. Raut mukanya terlihat lebih cerah. Mungkin, unek-uneknya sudah keluar semua. Pastinya, tak elok jika saya ceritakan di sini apa saja unek-unek yang membebani hati dan pikirannya. Cukup itu menjadi konsumsi kami berlima saja.

"Sahabat, orang-orang yang sayang dan peduli, akan selalu ada ketika dibutuhkan. Akan selalu ada waktu untuk orang yang berharga dan berarti buat kamu," kira-kira begitu pesan yang kami ucapkan pada teman yang berulang tahun itu. Malam itu, kami sepakat membuat group whatsaapp dan isinya adalah luapan segala. Apapun yang ingin disampaikan, di situlah tempatnya. Karena komunikasi menjadi senjata paling sakti ketika pertemuan tak selalu bisa diwujudkan. Dan group whatsapp itu menjadi sarana untuk kami saling menyemangati, saling mengingatkan, saling berbagi, dan saling-saling yang lainnya. Sungguh, memiliki orang yang perhatian itu sangat membahagiakan.

Termasuk kehadiran Kia untuk saya. Ini salah satu nikmat dari Tuhan yang sangat membahagiakan. Kia datang tepat waktu. Selain tepat waktu, Kia akan selalu ada waktu untuk saya. Dan perlahan saya pun begitu. Kehadirannya yang benar-benar berarti untuk diri ini, untuk hati ini, membuat saya akan selalu menyediakan waktu untuknya. Meski tak sedikit hal yang mesti saya kerjakan dan selesaikan. Untuknya, akan selalu ada waktu.

Walau obrolan kami sering gak jelas juntrungannya, ngalor ngidul, setidaknya saya akan berusaha untuk selalu hadir untuknya. Kapanpun di manapun. Karena bismillah, dialah alasan saya melakukan segala ke depannya hingha akhir usia. Karena bismillah saya meyakini segala sesuatu ada waktunya. Maka waktu saya dan Kia bersatu pasti akan tiba. Meski status kami belum terikat ucapan dan kata berpacaran, tapi ada kekuatan ajaib yang mengikat kami lebih kuat, yaitu Bismillah.

Sawangan Baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)