Pulau Tidung, catatan perjalanan (bag-2)
Jam setengah enam pagi, "Si Putih Aza" sudah saya parkirkan di halaman Pesantren Ittihadussyubbaan, sekaligus rumah Mamang. Di halaman ini, rencananya akan dibangun ruang kelas dan asrama untuk para santri.
Wajah Syaikh Hasyim Asy'ari, Gusdur, Wan Syekhon, Habib Luthfi, dan para ulama lain menghiasi tembok rumah bagian depan. Di kedua sisi samping pintu utama ada bendera merah putih dan NU.
Dua langkah dari pintu, Mang Dadin terlihat sedang duduk santai di bangku yang menghadap meja kayu jati berukuran dua meter lebih. Sepertinya butuh empat orang dewasa untuk mengangkat meja ini.
Aneka camilan dan makanan ringan tersaji sepanjang meja. Tak ketinggalan beberapa gelas air mineral. Di bagian kiri, ada kolam ikan yang di atasnya dibangun gazebo. Aneka jenis ikan pernah tinggal di kolam ini. Di sampingnya ada pohon rambutan yang saat ini sudah berbuah. Di bawah pohon itu ada burung elang entah berjenis apa.
"Sarapan dulu," ucap Mamang sambil manggil nama orang yang membantu pekerjaan di rumah ini untuk bawa hidangan yang telah disiapkan.
Selain sebagai paman karena beliau adik Umi, beliau juga guru saya. Begitu banyak ilmu, pengetahuan, dan pelajaran yang saya terima darinya. Terlebih, beliau juga yang mengajari saya baca Al-Quran pertama kali. Ya, dulu saya ngaji iqro usai solat magrib kepada beliau. Tempatnya di teras depan rumah nenek yang biasa saya panggil Nyai.
Selain itu, tak jarang saya pun meminta nasihat kepada beliau. Termasuk urusan "curhat". Kira-kira beginilah Mamang yang satu ini, memang suka berbagi. Tak hanya berbagi ilmu dan pengetahuan, duit dan rokok pun seringkali beliau bagi ke siapapun.
"Alhamdulillah, ayo ayo sarapan dulu," ucap paman yang bernama lengkap Ahmad Fakhrudin ini ke saudara-saudara dan dewan guru pesantren Ittihadussyubbaan yang mulai datang satu persatu.
Saya biasa memanggilnya Mang Dadin. Belakangan panggilan ini saya gunakan di waktu-waktu dan tempat tertentu saja. Pasalnya, orang-orang mulai memanggilnya dengan Abi.
Enam mobil jenis SUV terparkir di halaman. Mang Dadin mengatur siapa saja yang akan jadi penumpang di masing-masing mobil.
Setelah koordinasi soal rute perjalanan, dan sekitar 36 orang sudah di dalam mobil jam tujuh lewat beberapa menit, rombongan yang diberi nama "Rihlah PP Ittihadussyubbaan" di group WhatsApp ini pun bergerak.
Bersambung...
Sawangan Baru, 13012022
Komentar
Posting Komentar