Pulau Tidung (Catatan Perjalanan, bag-3)

Pengecekan ulang dilakukan dengan lebih detail. Termasuk surat vaksinasi covid. Dianggap sudah rapi semua, pukul tujuh lewat beberapa menit, rombongan Rihlah Ittihadussyubbaan mulai bergerak, beriringan. 

Tujuan pertama adalah dermaga penyeberangan Cituis. Perlu waktu sekitar dua jam kurang empat belas menit untuk sampai di sana, versi Google map. Kami sepakat untuk lewat tol baru setelah gaplek, arah Ciputat. Ini adalah tol baru akses yang lebih cepat untuk mereka yang mau ke bandara Soekarno Hatta. 

Baru keluar gang, mobil kami tersendat oleh padatnya jalan raya Sawangan. Ya, jalan yang dulu tak kenal macet-macetan, saat ini mulai akrab dengan kata ini. Terlebih di jam-jam pergi dan pulang kerja. Di akhir pekan, akan lebih dan lebih terasa lagi macetnya. Banyak spekulasi soal ini. Ada yang bilang akibat pembangunan jalan tol yang belum rampung hingga pertumbuhan penduduk serta ekonomi di daerah sawangan dan sekitarnya yang signifikan. Entahlah. 

Beberapa simpul kemacetan pun terasa di Gaplek arah Ciputat, terutama akses kami menuju tol. Alhamdulillah, tak perlu berjam-jam, akhirnya kami masuk tol. 

Tidak sampai satu jam, kami sudah keluar tol, tepat arah Soekarno Hatta, yang menjadi salah satu bandara terpadat di Indonesia. Lewat bandara, kami ambil rute arah Dadap dan Tanjung pasir. 

Kami berhenti sekali di pom bensin. Beberapa orang ingin melaksanakan hajat yang tak besar. Setengah jam lebih kami berhenti di sini, kamudian perjalanan dilanjutkan. Tak perlu waktu lama, kami tiba di dermaga Cituis. 

Aroma asin ikan dan laut begitu terasa saat kami menurunkan barang-barang bawaan. Setelah barang diturunkan, saya kembali mengarahkan mobil ke tempat penitipan. Soal tarif penitipan kendaraan, kami dipinta 100.000,- untuk tiga hari. Soal penyeberangan, saya dapat informasi, dikenakan tarif 45.000,- per-orang. 

Kami tidak menggunakan tarif penyeberangan perorang, sebab Mang Dadin menyewa (charter) kapal penyebrangan. Selentingan kabar, untuk sewa perahu ini tarif biasanya di kisaran tiga juta rupiah untuk bolak balik Cituis-Tidung. Tapi, soal harga bisa berubah-ubah sesuai kesepakatan antara pemilik perahu dan penyewa.

Suara mesin diesel perahu yang akan kami tumpangi sudah meraung-raung. Barang-barang pun sudah tertata rapi di salah satu sudut perahu yang kapasitasnya maksimal bisa untuk lima puluh orang. Jam sepuluh lewat beberapa menit, kami perahu mulai berlayar meninggalkan dermaga. 

Bersambung...

Sawangan Baru, 13012022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)