Asumsi Berdasar Kira-kira.
Setiap hari saya merasa semakin bodoh. Terlalu banyak hal yang luput dari pandangan mata, otak, dan hati saya. Padahal, yang luput itu hanya di satu hal. Itu pun yang saya temui dan kerjakan setiap hari.
Entah berapa kali matahari terbit tenggelam ketika saya tengah mempelajari semesta pemasaran. Selalu saja ada hal baru yang saya ketahui. Seakan-akan ilmu dan pengetahuan tentangnya tak pernah habis.
Selama ini, ternyata saya banyak berasumsi dengan dasar kira-kira. Saya memprediksikan pemasaran produk dengan kira-kira. Misalnya; Saya berasumsi bahwa dagangan sepi disebabkan faktor ini dan itu. Pun sebaliknya, saya berasumsi dagangan laris karena ini dan itu. Walhasil semua asumsi itu begitu goyah dan labil. Gampang runtuh.
Sebab, dagangan laris atau tidak, bisa diketahui dengan mengolah informasi yang kemudian menjadi data. Sederhananya bisa diketahui dengan riset; Penelitian.
Layaknya skripsi, tesis, atau disertasi, semesta pemasaran suatu produk pun tak lepas dari penelitian atau riset. Apakah itu riset pasar, riset pesaing, riset harga, riset produk, riset strategi pemasaran, dan riset-riset yang lain.
Sebagai contoh, saat saya tengah mempelajari kata kunci yang biasa diketik orang-orang di kolom pencarian. Nah, kalau berdasar asumsi, maka yang ada hanya kira-kira. Namanya kira-kira bisa tepat tapi lebih sering meleset. Beda halnya ketika kata-kata kunci itu adalah data sesungguhnya yang ada di google, lalu diteliti dan dikaji. Hasilnya bukan kira-kira tapi fakta dan data.
Nah, dari data yang didapat ini, saya bisa mendapat gambaran bahwa orang-orang sering mengetik kata tertentu yang berhubungan dengan gamis yang saya produksi.
Tak berhenti di situ, kemudian, mereka yang mengetik kata-kata tertentu itu pun, mesti ditelusuri lebih jauh. Terutama tentang ketertarikannya.
Begitu seterusnya, hingga bisa ditentukan target pasar, jenis iklan, dan lain-lain yang tujuannya meningkatkan omset pemasaran. Sekali lagi, betapa bodoh dan tololnya diri ini, karena tak terhingga hal yang belum diketahui.
Selama ini, saya hanya melihat tanah yang diinjak dan dipijak. Dalamnya tanah, apa saja yang ada di dalamnya, jenis tanah, kadar air di dalamnya, dan lain-lain tak bisa diketahui hanya dengan asumsi yang berdasar kira-kira. Itu mesti dilakukan dengan data atau fakta. Menggali tanah tersebut, misalnya.
Pun ketika melihat langit. Kedua mata ini, tak bisa melihat lebih jauh ada apa saja dibalik langit yang tampak.
Begitupun dengan pemasaran secara daring. Akan sulit dilakukan jika dibangun dengan dasar kira-kira.
Sawangan Baru, 300321
Komentar
Posting Komentar