Terimakasih Semuanya
Bagaimanapun, Keluarga adalah mereka yang akan datang pertama memberi perhatian dan uluran tangan. Terutama saat kita sedang susah dan sangat butuh pertolongan. Dan saya sangat merasakan itu.
Ayah saya meninggal saat saya masih kelas lima (setara dengan kelas 2 SMA) di TMI Al-Amien Prenduan, Madura. Adik saya, masih kelas tiga Tsanawiyah di salah satu pesantren di Cianjur. Dan adik saya yang bontot, baru berusia 5 bulan. Ya, dia masih bayi. Sepertinya ia tak pernah mengenal wajah ayah, kecuali dari foto yang tersisa.
Sejak meninggalnya Ayah, Umi saya yang seorang guru MI, mesti membesarkan ketiga anaknya sendiri. Alhamdulillah, adik saya mendapat keringanan alias bebas biaya pendidikan dari kiayinya di Cianjur. Sementara saya, pernah mengurungkan diri untuk melanjutkan pendidikan di Pondok.
Dengan sigap, Nenek saya (Saat ini sudah almarhum, Allahu yarhamha wa yagfir laha) menginstruksikan paman-paman (adik-adik umi saya) untuk urunan 50.000-100.000/bulan. Semuanya untuk biaya pendidikan saya di Al-Amien Madura yang hanya tinggal setahun.
Bagi sebagian orang, uang segitu mungkin kecil. Tapi, bagi saya begitu bernilai. Sebab, dengannya saya bisa melanjutkan pendidikan hingga lulus dari Al-Amien Prenduan. Dan tak banyak yang tahu saat itu, Kiayi saya (Almarhum Kiayi Idris Djauhari) pun memberi keringanan yang luar biasa terkait biaya pendidikan.
Dan sangat saya sadari, saya bisa hidup sampai saat ini, karena banyak pertolongan dan uluran tangan dari orang-orang. Misalnya, saat ayah saya meninggal. Saat itu, di tanggal 9 Romadhon, saya tak punya cukup uang untuk pulang. Tiba-tiba, sahabat saya Ajiz Heriyanto asal Bangkalan, Ibnu Kusuma asal Pamekasan, Mohammad Awaludin asal Kalimantan, dan Muslim Masturoh asal Bekasi, tanpa berpikir panjang, mengumpulkan uang untuk biaya saya pulang. Dan karena uang mereka itu, saya bisa merasakan naik pesawat untuk pertama kali di tahun 2002. Belum lagi, sahabat saya Faisal M Dani asal Surabaya yang ikut menemani dan mengantar saya hingga Bandara.
Ya, masih banyak orang-orang yang sangat baik yang pernah membantu hidup saya. Ucapan terimakasih sepertinya tak akan pernah cukup untuk membalas kebaikan mereka. Bahkan, mungkin mereka lupa pernah sebegitu baiknya ke saya, tapi sungguh, saya tak akan pernah lupa. Setidaknya, saya tak akan pernah berhenti mendoakan yang terbaik untuk mereka. Termasuk, berusaha untuk terus berbuat baik ke siapapun.
Seiring waktu, saya sangat bersyukur sampai pada titik ini. Titik di mana saya bisa berkreasi, berimajinasi, dan melakukan sesuatu dengan senang hati. Setelah dua tahun lebih bersahabat dengan kain, akhirnya saya memutuskan untuk produksi pakaian. Gamis, tunik, lejing, celana pendek, dan pakaian-pakaian lain tak luput dari produksi di tempat yang saya beri nama: Fundha Creations.
Usianya masih balita. Untuk berlari tentu belum bisa. Beruntungnya, lagi-lagi bantuan para reseller datang. Merekalah yang membuat Fundha Creations masih bisa berjalan hingga saat ini. Malah ada reseller yang bisa membantu memasarkan produk Fundha Creations mencapai 100 pieces dalam tiga hari. Ya, tiga hari sekali ia ambil 100 potong produk Fundha Creations.
Beruntung, saya punya sahabat, Kulub, yang selalu mengingatkan akan kebaikan orang-orang. Dan karenanya lah, akhirnya saya memutuskan untuk membikinkan gamis untuk kakak dan adik-adiknya Umi alias bibi-bibi. Sungguh, ada senang tak terkira saat pakaian pemberian kita pas dan nyaman saat mereka pakai.
Saya tak berharap lebih dari hal ini. Hanya terselip doa semoga mereka selalu sehat dan bahagia. Fundha Creations pun bisa lebih berkah, memberi lebih banyak manfaat dan kebaikan pada sesama.
Sawangan Baru, 01042021
Komentar
Posting Komentar