Bersih-Bersih

Virus Covid-19 merebak ke seluruh negara di dunia. Lalu berbagai informasi, opini, pandangan, pendapat baik pendapat ahli maupun pendapat umum, berseliweran memenuhi ruang media sosial.

Ibarat hujan lebat yang turun ke bumi, berbagai informasi itu sedemikian derasnya membanjiri kanal-kanal notifikasi untuk kemudian minta dibaca melalui layar-layar alat komunikasi.

Mereka yang bukan ahli ilmu agama, sosiologi, ekonomi, apalagi ilmu kesehatan, mereka yang merupakan orang kebanyakan, hanya bisa menonton dan menyimak semua itu, sambil sesekali atau seringkali mengomentari.

Layaknya tengah menonton pertandingan sepakbola, terkadang mereka, orang-orang kebanyakan itu, gemas dan seru sendiri. Pasalnya, di tengah bencana virus ganas seperti ini, masih ada saja yang sebar berita dan informasi palsu demi entah apa.

Tak hanya gemas dan geram, mereka orang-orang kebanyakan pun suka geleng-geleng kepala, terlebih ketika mendapati pendapat yang lebih tepat disebut cocokologi ayat-ayat Al-Qur’an terkait virus Corona ini.

Ingat, saat virus ini mulai menjadi berita yang datang dari negeri jauh sementara Indonesia baik-baik saja? Adakah dari pembaca yang tidak menjadikan berita ini sebagai bahan lelucon? Kemudian virus itu mulai menyeruak ke luar China, dan perlahan tapi pasti menyebar ke seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Dan kita tergopoh-gopoh.

Orang-orang memaki pemerintahan yang lamban. Oposisi dapatkan ruang mainan. Kita lupa akan diri kita sendiri, yang sebulan lalu masih ikut nikmati Corona sebagai bahan candaan.

Sebaiknya kita sudahi, berbenah diri, dan bersama-sama ikhtiyar atasi pandemi ini.

Mari kita ingat-ingat. Ya, seluruh kitab fikih dimulai dari bab Sesuci. Para ulama sepertinya memang sudah mewanti-wanti agar kita memulai segala sesuatu dengan bersih-bersih.

Sebelum salat kita mesti berwudhu, hal yang mutlak harus dilakukan agar salat kita sah. Pun ketika punya harta, kita mesti berzakat, berinfaq, dan bersadaqoh, yang lagi-lagi itu untuk membersihkan harta yang dimiliki. Dan masih banyak lagi contoh laku tuntunan dalam syariat Islam yang mesti diawali dengan membersihkan diri.

Sebelum wabah Corona ini merebak, sepertinya sudah banyak musibah dan bencana akibat lalainya kita dalam menjaga kebersihan. Misalnya banjir di awal tahun 2020 kemarin. Penyebabnya antara lain, karena sampah yang tidak berada di tempat yang seharusnya. Sepertinya semua peristiwa itu berupaya ingatkan kita agar selalu menjaga kebersihan.

Bahkan, lebih jauh, kebersihan jasmani akan mendukung pada kesehatan rohani. Lihat saja syarat salat; bersih diri dan tempat.

Nah, setelah hal di luar diri bersih, yang tak kalah penting adalah membersihkan hal di dalam diri. Di antaranya, membersihkan pola pikir kita.

Pola pikir menjadi salah satu faktor penting dalam bersikap. Karenanya, tak jarang pula agama Islam memerintahkan kita untuk selalu berpikir positif kepada apapun. Termasuk dalam menyikapi kasus Corona ini.

Berfikir positif terhadap langkah pemerintah dalam menghadapi Corona ini. Berfikir positif kepada fatwa dan anjuran para ulama untuk sementara waktu ini tidak melakukan salat Jumat, pengajian, dan hal lain yang melibatkan kerumunan massa. Dan lain-lain.

Yuk hidup bersih jiwa dan raga. Yuk, bersihkan rumah, lingkungan, alam, raga, jiwa dan pikiran.

Yuk, bersih-bersih.


Tulisan ini telah dimuat di https://fikih.id/hikmah/bersih-bersih/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)