keisengan dalam membaca Bulughol Marom
Bulughul Maron Min Adillatil Ahkam, karya Ibnu Hajar Al-Asqalani menjadi sasaran keisengan saya kali ini. Setelah menentukan angka dalam hati, saya menghitung deretan buku di rak-rak yang menempel ke dinding. Ternyata hitungan terakhir jatuh pada kitab ini.
Ya, beginilah cara saya memilih buku bacaan: secara acak, sesuka hati, tapi mesti bertanggung jawab untuk dituntaskan. Kali ini sepertinya akan cukup panjang waktu untuk saya membayar lunas tanggung jawab ini.
Pasalnya, kitab ini berisi beberapa bab. Setiap bab memiliki sub-bab. Setidaknya ada 16 bab: sesuci, salat, jenazah, zakat, puasa, haji, jual beli, nikah, jinayat, huruf, makanan, sumpah dan nazar, memutus perkara, memerdekakan, dan jami' (kelengkapan).
Kitab ini adalah kitab fikih yang berlandaskan hadits-hadits nabi. Ini ditegaskan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani pada kalimat pembuka: "ini sebuah kitab yang ringkas, yang mengandung beberapa pokok dalil-dalil bagi hukum-hukum syariah..."
Hadits-hadits yang dipakai dalam kitab ini dinukil dari mereka yang disebut Al-Asqalani sebagai (kelompok) tujuh, Enam, Lima, empat, tiga dan muttafaq 'alaihi.
Tujuh orang yang dimaksud, adalah: Imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, imam Nasa-i, dan imam Ibnu Majah.
Kelompok 6 adalah mereka yang tersebut, kecuali Ahmad. Kelompok 5 adalah mereka yang tersebut kecuali Bukhari dan Muslim. Dan terkadang untuk pengganti kelompok 5 ini Al-Asqalani menyebutnya ; (kelompok) empat dan Ahmad.
Kelompok empat yang dimaksud adalah mereka yang tersebut, selain tiga orang pertama. Sementara kelompok tiga adalah mereka yang tersebut selain mereka yang tersebut di tiga pertama dan yang terakhir. Dan yang dimaksud muttafaq alaihi adalah Bukhari dan Muslim.
Dan dengan mengucap bismilah, saya mulai keisengan untuk menemani masa-masa lockdown, uzlah, dan perbanyak di rumah akibat pandemi Corona dengan menelusuri satu persatu hadits dalam kitab ini.
Hanya saja, yang perlu saya tekankan, dalam keisengan yang satu ini (membaca) terkadang saya pun suka iseng untuk menghubungkannya dengan makna lain.
Misalnya, di bab sesuci. Hadits pertama tertulis: "Dari Abi Hurairah; Rosulullah telah bersabda; di laut (airnya suci, dan bangkai apa-apa yang di dalamnya halal). Dikeluarkan oleh (kelompok) empat dan Ibnu Abi Syaibah. Dan dishahihkab oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi.
Nah saya tuh suka iseng melihat makna yang tersirat. Misalnya kata laut, air, suci, halal, dan bangkai.
Saya meyakini, dibalik sabda Rasul terdapat makna yang tersirat. Seperti metafora. Seperti kiasan. Seperti simbol. Layaknya lemari pakaian yang berisi ragam baju dan celana termasuk jenis-jenisnya, hingga bagaimana proses pakaian itu tercipta. Bahkan, mungkin saja sejarah yang terkandung di dalamnya.
Ya, bisa dibilang ini penafsiran iseng terhadap kata-kata dalam hadits Rosulullah. Semoga saya tidak terhindar dari sesat dan menyesatkan.
Komentar
Posting Komentar