Sholawat Allah, para Malaikat, dan Umat kepada Nabi Muhammad
(catatan iseng tentang Ihya Ulumuddin bag-6)
Logika itu teknik berpikir. Dan bahasa adalah alat dari logika. Hasilnya adalah kata-kata dan kalimat; tertulis dan terucap. Jadi, bisa dibilang, kata-kata yang diucap seseorang, kalimat yang ditulis seseorang; bisa merefleksikan kadar logika yang bersangkutan.
Gorys Kerap pernah bilang ada dua aspek penting dalam pemikiran. Pertama, aspek keadaan mental alias kegiatan batin. Maksudnya, ketika seseorang tengah berpikir, proses penalaran tersebut berlangsung di dalam batin. Ini seperti proses merenung. Tafakkur. Tadabbur. Uzlah.
Kedua, aspek ekspresi verbal. Pada aspek ini, seseorang sudah "mengeluarkan" pemikirannya. Alat untuk mengeluarkan isi pemikiran itu adalah bahasa. Di dalamnya ada kata-kata.
Nah, ketika membaca kalimat kedua pada mukadimah Ihya Ulumuddin, sungguh, saya melihat betapa tinggi kadar logika penulis kitab ini. Betapa terampil ia memilih diksi. Hingga betapa lihai pengarang meramu kata-kata menjadi kalimat. Coba perhatikan;
و اصلى و اسلم على رسله ثانىا،صلاة تستغرق مع سيد البشر ساءر المرسلين.
Sebagai umat nabi Muhammad, setelah mengucap syukur dan pujian kepada Allah, biasanya kita akan mengucap sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. Sangat jarang saya mendengar para Kiayi, penceramah yang memanjatkan salawat dan salam kepada para Rosul, tak hanya nabi Muhammad, seperti yang dilakukan Imam Al-Ghazali ini.
Kata yang dipakai Al-Ghazali adalah "rusul", bentuk jamak atau plural dari "Rosul", yang berarti para utusan, utusan-utusan, banyak utusan, sederhananya; rosul-rosul. Lebih dari satu Rosul. Ini berarti, tidak hanya ke nabi Muhammad saja, tapi ke rosul-rosul lain.
Al-Ghazali seakan tak ingin melupakan rosul-rosul Allah yang lain. Tapi, (lagi-lagi Al-Ghazali menunjukkan kecerdasan dan kelihaiannya dalam membuat kalimat), Al-Ghazali di kalimat selanjutnya menegaskan bahwa dengan shalawat kepada "sayyidil Basyar" alias nabi Muhammad, seolah bersholawat kepada rosul-rosul yang lain.
Di satu sisi, menunjukkan shalawat kepada seluruh rosul, di lain sisi, hanya shalawat kepada Nabi Muhammad sudah cukup dan mewakili penyampaian sholawat kepada rosul-rosul lain. Sungguh ajib bukan?
Nah, kali ini perhatian saya justeru teralih kepada kata Sholawat. Ada hadits nabi yang menyatakan jika seorang hamba beraholawat kepada nabi satu kali, maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali. Selain itu di surat Al-Ahzab ayat 56 yang familiar itu, Allah dan para malaikat pun bersholawat kepada nabi;
أن الله و ملاءكته يصلون على النبى....
Jika kata shalawat adalah bentuk jamak dari "الصلاة" yang secara bahasa bisa diartikan dengan doa. Ketika seseorang bersholawat kepada nabi, itu berarti ia tengah mendoakan nabi. Pertanyaannya, pada hadits dan surat Al-Ahzab ayat 56 itu Allah pun bersholawat kepada nabi? Logikanya, jika Allah mendoakan nabi, itu berarti ada pihak lain yang Allah minta.
Nah, Allah bersholawat dalam ayat ini, menurut Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jamili Li ahkamil Quran, adalah Rahmat dan bentuk keridhoan Allah terhadap nabi. Jadi bukan seperti doanya seorang hamba kepada Allah. Lalu shalawatnya malaikat kepada nabi adalah bentuk doa para malaikat kepada Allah dan permohonan ampun kepada Allah bagi nabi. Lalu shalawatnya umat kepada nabi adalah bentuk pengagungan terhadap nabi Muhammad.
Tafsir ini pun sejalan dengan pendapat Imam Fakhruddin Ar-Rozi dalam kitab Tafsir Mafatihuk Ghaib. Begitu pun dengan Imam Baidhowi alias Nashirudin Al-Baidhowi dalam kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil yang berpendapat serupa.
Jika Al-Ghazali melimpahkan shalawat kepada para rosul-rosul dan itu bisa diwakili dengan hanya bersholawat kepada Nabi Muhammad, maka bisa dikatakan ketika kita bersholawat kepada nabi, sama dengan bershalawat kepada seluruh rosul Allah.
Jika kita bersholawat kepada nabi sekali, maka Allah akan memberikan sepuluh Rahmat dan keridhoannya kepada kita.
اللهم صلى على سيدنا محمد
Allahu A'lamu bisshowab.
Komentar
Posting Komentar