Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Sebulan Main Instagram (catatan bag-3)

Setelah menentukan Market, yang saya lakukan adalah riset seberapa besar jumlah target market saya. Gimana riset dan nyarinya.  Tentu saja banyak cara. Terlebih dunia digital dan internet saat ini sangat memudahkan. Begitu banyak website, platform, media sosial dan wadah lain yang bisa menunjukkan tentang seberapa besar jumlah Target Market yang saya bidik.  Setelah mendapat data, apa yang saya lakukan? Tentu saja gak langsung posting. Saya tetap lanjutkan riset. Kali ini terkait dengan hal apa aja yang sering dibahas, dan yang terpenting lagi, permasalahan apa yang sering dihadapi oleh target market.  Cara cari tahunya gimana? Tentu aja lewat riset di tempat-tempat yang saya sebutkan tadi. Di sana ada interaksi yang dilakukan oleh target market. Semuanya saya data. Data-data tersebutlah yang Aya jadikan bahan untuk konten di Instagram.  Lagi-lagi, titik fokusnya adalah akun Instagram itu untuk mereka, para target market yang saya bidik. Jadi, kalau mau jualan, media...

Sebulan Main Instagram (bag-2)

Gambar
Media Sosial seperti FB, IG, TikTok, YouTube, dan lain-lain, sudah dimaklumi jadi salah satu tempat yang menjanjikan untuk jualan. Selain murah, jualan online jangkauannya lebih luas dan jauh dibanding jualan offline. Sayangnya, kebanyakan orang malah menganggap bahwa jualan online itu seperti jualan offline: buka akun atau toko terus pajang produk (upload foto produk) lalu nunggu pembeli datang. Walhasil, sepi pengunjung.  Nah, mindset ini perlu diubah. Pertama, apapun bentuknya, apapun produknya, dimanapun tempatnya, yang namanya jualan itu mesti pake sudut pandang pembeli (market). Dan pembeli pertama adalah penjualnya sendiri. Misalnya, Men-temen jualan dimsum. Nah, ketika Men-temen mau jualan online, apapun media dan platformnya, terus upload sesuatu, pastikan Men-temen jadi orang lain yang melihat upload-an tersebut.  Lagi-lagi pastikan bukan sudut pandang kita sebagai penjual, tapi sudut pandang orang lain yang melihat upload-an tersebut. Kira-kira apa yang ada di benak...

Sebulan main Instagram (catatan bag-1)

Instagram. Ya, media sosial inilah yang pertama saya pilih setelah memutuskan ingin belajar dan memperdalam digital marketing. Karena digital marketing itu banyak banget rupa dan bentuknya. Kenapa Instagram? Karena jumlah penggunanya seperti yang dipublikasikan di alat periklanan Meta menunjukkan bahwa Instagram memiliki  99,15 juta  pengguna di Indonesia pada awal 2022. Kalau dikaitkan dengan bisnis dan usaha, jumlah ini begitu menggiurkan alias berpotensi besar.  Kenapa gak TikTok? Walau belakangan, TikTok sempat menjadi salah satu tempat teratas untuk penjualan. Saya terlanjur sudah memutuskan ingin memperdalam dan belajar Instagram.  Kenapa gak Facebook? Alasannya, hampir serupa dengan kenapa gak TikTok; karena saya sudah memilih ingin belajar dan memperdalam Instagram.  Sempat terpikir, telat gak sih belajar sekarang? Kalau soal ini, saya ingin ngutip David Bach dalam bukunya Start Late, Finish Rich, yang isinya kira-kira: "gak peduli, berapapun usiamu saat...

Melihat Masalah Seperti Ruang Ujian. (Keajaiban Masalah)

Guru saya cerita tentang masalah lebih ke dalam lagi. Beliau bilang, masalah itu akar katanya سَØ£َÙ„َ - ÙŠَسْØ£َÙ„ُ yang artinya bertanya, menanyakan, meminta, mengajukan permintaan, dan memohon. Mashdarnya atau bentuk aslinya suaalun, sedehananya artinya bisa pertanyaan, persoalan, permintaan, bahkan permohonan. "Kembali ke kamu, mau melihat masalah sebagai apa? Apakah sebagai permintaan, persoalan, pertanyaan, atau permohonan?" Terang beliau yang kemudian menjelaskan hal-hal dasar terkait masalah. Kalau masalah saya lihat sebagai bentuk pertanyaan atau persoalan, maka setidaknya pertanyaan ada tiga. Pertama, pertanyaan yang diajukan (seseorang) kepada kita karena ketidaktahuan dan ingin mencari tahu jawabnya. Kedua, pertanyaan yang diajukan (seseorang) kepada kita karena untuk menguji dan ingin tahu seberapa jauh pengetahuan kita. Ketiga, pertanyaan yang diajukan tapi tidak untuk dijawab dan tidak perlu jawaban karena sekadar konfirmasi saja. Kalau masalah saya anggap sebagai p...

Menyelesaikan Masalah dengan Melihat Sumbernya (Keajaiban Masalah)

"Nah, sekarang kamu lihat ke masalahmu. Lihat apa penyebabnya," pinta guru saya. Karena sebelumnya saya sudah disuruh untuk menuliskan semuanya dan beliau juga pernah menyuruh hal yang sama, maka saya langsung bilang bahwa semua itu karena perbuatan orang lain. Karena si A, si B, si C, D, G, H, I, dan seterusnya. "tapi ada juga yang karena kesalahan saya," terang saya.  Lagi-lagi beliau hanya senyum. Kemudian meminta saya untuk melihat kembali penyebab yang sebenarnya kenapa semua itu terjadi. Karena beliau nyuruh, saya pun melakukannya lagi. Saya lihat lagi semua yang saya anggap masalah. Saya telusuri satu persatu, kali ini tidak terburu-buru. Misalnya hutang saya yang sekian puluh juta. Ini karena saya tertipu oleh orang lain. Kemudian, hutang yang lain, pun karena awalnya saya niat bantu orang lain, tapi ternyata saya salah. Dan masalah-masalah keuangan yang lain, pun itu tidak murni kesalahan saya, ada campur tangan orang lain di sana. Kemudian yang saya lihat ...

Rahmat dan Hidayah Allah, dan Nikmat Sehat. (Keajaiban Masalah)

Senin, jam 3 pagi, keadaan saya masih biasa, normal, dan sehat-sehat saja. Saya masih bisa baca, dan tulis apapun yang mau saya tulis. Hingga datang waktu subuh. Badan saya menggigil, sangat menggigil ketika wudhu. Hingga dengan amat terpaksa saya sholat dengan duduk. Usai sholat, gigil makin jadi. Ditambah, kepala keliyengan tak terkira. Saya mayakini ini gejala tipes. Seperti yang pernah saya alami. Dan benarlah, sejak senin pagi itu, badan, fisik, dan diri ini sudah tak mampu melakukan apapun selain rebahan, tidur, dan menahan segala sakit yang ada di badan. Hingga sore, panas dingin tak kunjung reda. Badan terasa kaku. Perut mual. Kepala keliyengan. Saya putuskan untuk ke dokter. Dan benar saja, diagnosa dokter saya mengalami gejala tipes. Saya mesti istirahat total minimal tiga hari. Benar-benar istirahat total. Dan sepertinya di salah satu obat yang dikasih terkadung obat tidur. Pasalnya setiap minum obat, setelah itu, bawaan saya begitu ngantuk.  Tiga hari fisik dan badan sa...

Menghadapi Masalah dengan Ilmu. (Keajaiban Masalah).

Guru saya bertanya: "menurutmu, apa yang harus dilakukan orang pertama kali ketika ingin mengubah hidupnya setelah mendasari hidupnya dengan iman?" Saya kemudian teringat broadcast di WA tentang sholat. Ya, isi broadcast itu bicara tentang siapapun yang ingin mengubah hidupnya, ingin memperbaiki hidupnya, maka yang mesti dilakukan pertama kali adalah memperbaiki sholatnya. Hal ini pun saya ungkapkan ke Guru sebagai jawaban dari pertanyaannya.  Guru saya lagi-lagi hanya senyum. Beliau tidak menimpali jawaban saya dengan bilang tepat atau tidak. Beliau malah menimpali dengan cerita tentang kapan seorang muslim atau muslimah dikenai dan terikat hukum syariat agama. Ya, saat seseorang mulai, sampai, dan tiba di usia "akil baligh". Biasanya itu ditandai dengan keluarnya sperma bagi laki-laki dan haid bagi perempuan. Siapapun yang belum punya tanda itu, bisa dibilang belum Akil baligh. Dan bisa dibilang tidak terikat dengan "catatan" dosa walau melakukan kesalah...

Menghadapi Masalah Ala Nabi Musa

Guru saya lalu cerita tentang nabi Musa dan jamaahnya yang dikejar Fir'aun dan pasukannya. Nabi Musa dan jamaah terpojok. Di depan mereka adalah lautan. Sementara di belakang mereka Fir'aun dan pasukannya. Tidak ada jalan lagi. Mentok. "Maju kena, mundur kena," ucap guru saya. "Kamu gitu juga kan? Kalau ada masalah, apalagi masalahnya terlihat besar dan terasa berat. Sepertinya tidak ada jalan keluar. Sana sini mentok. Gitu kan? Tanya Guru saya. Lagi-lagi saya hanya diam.  Ya, saat beliau bertanya seperti itu, saya hanya membayangkan sikap pasrah karena tidak tahu mesti gimana lagi. Tidak tau mau kemana lagi. Bahkan mungkin: " terserah dah, gue mau diapain. Dipenjara. Ditonjokin. Bahkan dibunuh sekalipun, gue udah pasrah" atau "apa gue jual ginjal aja ya kayak orang-orang yang di berita ", atau " hidup gue kok kayaknya susah dan gak berguna banget ya, apa sekalian aja gue akhirin hidup gue ", akan terbersit di pikiran saya.  "T...

Menghadapi Masalah Ala Bunda Siti Hajar dan Nabi Ismail (Keajaiban Masalah)

Guru saya mengingatkan cerita tentang Siti Hajar dan Nabi Ismail bayi saat ditinggal Nabi Ibrahim. "Bisa dibayangkan gimana keadaan Siti Hajar? Seorang perempuan. Ditinggal suami (walau sementara) di padang tandus. Membawa bayi?" Ucap guru saya. Saya hanya mendengarkan lalu coba membayangkan. Beliau lalu melanjutkan cerita, bekal makanan yang dibawa Siti Hajar, habis. Nabi Ismail yang masih bayi terus merengek, nangis karena kelaparan. Asi Bunda Siti Hajar tak lagi bisa keluar, karena beliau pun belum makan.  Perempuan manapun, bisa dipastikan akan panik. Mungkin sedih. Atau mungkin, kalau di zaman sekarang, akan curhat di medsos. Atau mungkin, malah mengutuk dan mencaci sang suami. Dan bisa saja, ia pergi dari suaminya.  Tapi, Bunda Siti Hajar, tidak begitu. Ia mendasari hidupnya dengan keimanan. Dan sangat meyakini bahwa semua yang terjadi pada dirinya atas kehendak Allah. Lalu apakah Siti Hajar diam saja ketika mendapati kesulitan dan masalah dengan dalih beriman dan meyak...

Menghadapi Masalah Ala Nabi Yunus (Keajaiban Masalah)

Setelah saya tulis semua hal yang saya anggap masalah. Kemudian saya melihat sebab-sebab kenapa semua itu bisa terjadi, seperti perintah guru. Belum selesai saya melakukannya, Guru saya malah cerita banyak hal.  Cerita pertama adalah tentang kitab Misykatul Anwar yang ditulis oleh Hujjatu al-Islam, Imam Al-Ghozali.  Kitab tersebut terbagi menjadi tiga bagian. Di akhir bagian pertama, Al-Ghazali bercerita tentang makna yang sesungguhnya dari ungkapan "Allah bersama segala sesuatu". "Kamu pernah denger orang-orang bilang, Allah bersama kita. Tenang aja, Ada Allah. Gak usah takut dan gak usah sedih, Allah bersama kita. Dan kalimat-kalimat lain yang serupa?" Tanya Guru saya. Tanpa menunggu jawaban dari saya, beliau langsung melanjutkan cerita bahwa Allah bersama kita itu, bukan berarti Allah ada dimana-mana secara lahir. Bukan berarti Allah banyak. Bukan berarti Allah bertempat. Bukan.  Allah bersama kita itu di antara makna yang diungkap Al-Ghazali, adalah "Allah ...

Lihat, identifikasi, dan Cari Tahu Penyebab Semua Hal yang Dianggap Masalah, Kenapa Terjadi. (Keajaiban Masalah)

Setelaah pulang dari rumah guru, biasanya Kulub akan ngajak ngobrol santai di suatu tempat. Tapi, tidak malam itu. Kulub pun pamit pulang dan hanya bilang agar saya mengerjakan yang dipinta guru.  Padahal baru jam delapan lewat beberapa menit. Dan, sungguh, saya butuh Kulub, setidaknya sahabat yang satu ini bisa kaasih support dan menguatkan saya. Tapi, sepertinya Kulub memang ingin saya menuliskan semua hal yang saya anggap masalah seperti yang dipinta guru. Jam sembilan lewat beberapa menit, saya tiba di rumah. Tak ada yang berubah. Bangku dan meja bambu masih saja diam di serambi. Lantai dengan keramik berwarna hijau tua. Dinding berwarna krem dihiasi garis oranye. Serta tumpukan kain perca dan plastik bekas pembungkus kain masih menumpuk di depan rumah bagian kiri.  Sebagian depan rumah ini memang seperti gudang. Ditambah, di bagian halaman depan pun ada beberapa karung berisi botol-botol berbahan plastik, kaleng, dan alumunium.  Siapapun yang melihat, akan berasumsi ...

Tulis Semua Hal yang Dianggap Masalah. (Keajaiban Masalah)

Setiap orang bisa dipastikan punya masalah. Apapun bentuknya, bagaimanapun kadarnya, semuanya pasti pernah atau bahkan sedang mengalami dan punya masalah. Pun dengan saya. Saya pun mengalami dan memilikinya.  Beruntungnya, saya punya sahabat bernama Kulub. Ketika tahu saya punya masalah, ia mengajak saya ke seseorang yang tidak boleh saya sebut di sini. Dan saya memberanikan diri untuk menuliskan dan menceritakan tentang "masalah" pun atas saran dan izin beliau.  Saya dan Kulub memanggilnya guru. Walau beliau tidak mau dipanggil dan disebut guru. Tapi untuk memudahkan, kami memanggilnya guru. Setelah saya dan Kulub menemui beliau, saya pun mulai mencurahkan semua unek-unek dan segala hal yang saya "anggap" masalah. Tidak ada yang saya tutup-tutupi. Semuanya saya ceritakan begitu detail kepada beliau. Setelah saya anggap selesai, respon pertama beliau adalah senyum. Ya, hanya senyum. Sekitar 7-10 detik beliau hanya senyum sambil melihat mata saya.  Setelah itu, belia...

Pulau Tidung (Catatan Perjalanan, bag-7)

Rasa penasaran saya kembali kambuh. Kali ini ke sosok Raja Pandhita dan Panglima Hitam. Ketika saya sapa beberapa penduduk lokal, mereka mengatakan bahwa Raja Pandhita ini berasal dari Kalimantan. Beliau bergelar Pangeran Kaca. Makamnya ada di komplek pemakaman di pulau Tidung besar.  Sementara untuk Panglima Hitam yang makamnya ada di pulau Tidung kecil, masih simpang siur soal asal usulnya. Ada yang bilang, ia melarikan diri dari kejaran salah satu sunan dari Walisongo, ada yang bilang ia pendekar yang kalah tanding dengan salah satu Walisongo, dan kabar lainnya.  Dari salah satu warga saya pun mendapat informasi tentang keturunan raja Pandhita yang masih ada di Pulau Tidung ini, sayangnya, saya belum kebagian rezeki untuk bertemu dengannya. Keturunannya inilah yang saat ini menjadi juru kunci makam raja Pandhita.  Ya, bagi saya, Jembatan Cinta bukan satu-satunya pesona yang memikat dari Pulau ini. Sejarah pulau ini pun cukup menggoda rasa penasaran saya. Alhamdulillahn...

Pulau Tidung (Catatan Perjalanan, bag-6)

Setelah berjalan kaki dengan santai lebih dari empat puluh tujuh menit, tepat di ujung SMKN 61, akhirnya saya tiba di area Jembatan Cinta yang ikonik. Ada beberapa toko souvenir dan warung makanan setelah gapura selamat datang di jembatan cinta. Beberapa bangku dan meja tertata di atas pasir. Termasuk gazebo-gazebo yang tampaknya memang dipersiapkan untuk wisatawan. Sayangnya, pandemi benar-benar menghantam dunia wisata di pulau ini. Jembatan cinta tampak sepi. Beberapa penduduk lokal saja yang terlihat tengah berolahraga. "Anggap aja ini private beach," batin saya. Dari tempat makan dan minum di muka area, saya bisa melihat jembatan cinta yang berwarna merah muda alias pink. Saat saya teruskan berjalan santai mendekat jembatan yang panjangnya, kata salah seorang penduduk yang saya tanya, kurang lebih 800 meter ini, terlihat beberapa balon banana boat yang kempes. Lagi-lagi, sepertinya pandemi benar-benar menghantam geliat wisata di sini. Sungguh, tak banyak orang yang wisata...

Pulau Tidung (Catatan Perjalanan, bag-5)

Setelah menapakan kaki di pulau Tidung, rombongan Rihlah PP Ittihadussyubbaan dipandu menuju penginapan yang letaknya hanya sekitar lima puluh langkah lebih.  Enam kamar disewa. Dari sini, pemandangan dan angin laut bisa langsung terasa, karena letaknya di bibir pantai. Sungguh, sangat memanjakan mata.  Tanggul yang cukup besar dibangun hampir sepanjang pulau di bagian selatan yang bisa ditapaki oleh setiap pengunjung. Beberapa meter dari tanggul ini pun ada tanggul berupa batu beton yang berlubang-lubang, tapi tidak penuh mengelilingi pulau. Seperti garis putus-putus. Sepertinya itu untuk akses perahu keluar dan masuk menepi ke bibir pantai. Sungguh, airnya sangat bening. Bebatuan di dasarnya bisa terlihat, pun dengan Ikan-ikan kecil aneka rupa dan warna. Keinginan untuk menjelajahi pulau saya tunda, sebab perut sudah memanggil dan berbisik: lapar. Alhamdulillah, tak lama, ada instruksi untuk kumpul di saung depan penginapan. Ternyata, tak hanya Umi saja yang bawa bekal, saud...

Pulau Tidung (Catatan Perjalanan, bag-4)

Baru tujuh menit perahu yang kami tumpangi meninggalkan dermaga Cituis, perahu tampak melambat. Beberapa detik kemudian, ABK turun ke laut menggunakan kacamata renang. Ternyata, itu perintah Kapten perahu ini. "Terasa ada sampah yang nyangkut di bawah," terangnya. "Lagi-lagi soal sampah plastik," saya membatin.  Lebih dari sepuluh detik, ABK itu menyelam tanpa alat bantu pernafasan. Hingga kepalanya nongol di permukaan air yang bisa dibilang keruh. Sangat keruh. Seperti lumpur cair. Kapten kembali ke tempat duduknya, menjalankan perahu perlahan. ABK masih di air. Ia berpegangan pada ban yang terikat tali di badan perahu.  Kapten kembali melambatkan laju perahu. Ia perintahkan ABK untuk mengecek kembali bagian bawah perahu. Dengan sigap, ABK itu kembali menyelam. Beberapa detik kemudian, ia nongol ke permukaan. Memberi kode aman dan beres kepada kapten.  Perahu kembali melaju. ABK masih di air berpegangan ke ban yang terikat tali di badan perahu sebelah kiri. Diangga...

Pulau Tidung (Catatan Perjalanan, bag-3)

Pengecekan ulang dilakukan dengan lebih detail. Termasuk surat vaksinasi covid. Dianggap sudah rapi semua, pukul tujuh lewat beberapa menit, rombongan Rihlah Ittihadussyubbaan mulai bergerak, beriringan.  Tujuan pertama adalah dermaga penyeberangan Cituis. Perlu waktu sekitar dua jam kurang empat belas menit untuk sampai di sana, versi Google map. Kami sepakat untuk lewat tol baru setelah gaplek, arah Ciputat. Ini adalah tol baru akses yang lebih cepat untuk mereka yang mau ke bandara Soekarno Hatta.  Baru keluar gang, mobil kami tersendat oleh padatnya jalan raya Sawangan. Ya, jalan yang dulu tak kenal macet-macetan, saat ini mulai akrab dengan kata ini. Terlebih di jam-jam pergi dan pulang kerja. Di akhir pekan, akan lebih dan lebih terasa lagi macetnya. Banyak spekulasi soal ini. Ada yang bilang akibat pembangunan jalan tol yang belum rampung hingga pertumbuhan penduduk serta ekonomi di daerah sawangan dan sekitarnya yang signifikan. Entahlah.  Beberapa simpul kemaceta...