Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Hari Ibu

Tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Mengutip buku Merayakan Ibu Bangsa, karya I Gusti Agung Ayu Ratih, Martin Suryajaya, Melani Budianta, dan Siti Maemunah, hari ibu ini bisa dibilang kulminasi dari hal yang dilawan dalam pergerakan perempuan di Indonesia sejak akhir abad ke-19, yaitu tatanan patriarki dalam masyarakat tradisional Indonesia. Tatanan patriarki adalah cara pandang yang menempatkan laki-laki sebagai pusat kehidupan sosial.   Saat ini banyak bermunculan gerakan-gerakan, organisasi aktivis, hingga media khusus perempuan. Semuanya tak terlepas dari Kongres Perempuan pertama pada 1928. Kongres ini diselenggarakan di Dalem Jayadipuran, Yogyakarta dan dihadiri oleh kurang lebih 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Kongres ini didasari dari semangat Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 sebelumnya. Kongres pertama ini berfokus pada permasalahan pendidikan dan perkawinan hingga menghasilkan tiga tuntutan pada pemerintah kolonial. Selain itu,...

blog yang lain

Semalam, jam dua tepat, Kulub datang. Ia langsung bilang agar saya mwmbuat blog khusus untuk cerita soal usaha dan bisnis di dunia fashion. Alasannya biar lebih fokus saja. Tidak campur aduk.  Saya pun pura-pura mikir: "lalu bagaimana cerita-cerita saya tentang dunia usaha di blog yang satu ini?"  Sepertinya Kulub paham soal ini. Ia pun segera bilang agar tulisan-tulisan itu dibiarkan saja. Sama seperti curhatan-curhatan lain yang saya biarkan menjadi draft dan tak pernah diluncurkan dan diterbitkan di blog ini.  Walhasil, di depan Kulub, tadi oagi menjelang subuh, saya langsung buat blog khusus yang saya beri nama Alternative Income (Alinco). Blog yang akan fokus bicara soal usaha dan bisnis fashion. Jual beli pakaian. Mulai produksi hingga distribusi, dan seterusnya.  Semua cerita dan tulisan ini bagian dari menjaga kewarasan. Agar terus diingatkan bahwa masih ada hal yang perlu diwujudkan dan diperjuangkan. Masih ada mimpi dan cita-cita yang perlu diwujudkan. Alam...

Cara Keluar dari Kesulitan dan Kesusahan

Semalaman ngobrol dengan Kulub. Ada kalimat yang benar-benar "nonjok" kepala dan hati saya. Kira-kira seperti ini bunyinya: "kunci segala hal hanya satu, yaitu ilmu. Yang membuat seseorang sulit atau mudah melakukan sesuatu hanyalah ilmunya. Jika ada dan tahu ilmunya, pasti akan mudah. Sebaliknya, jika tidak tahu ilmunya, ya akan sulit. Dan bagaimana bisa punya dan dapat ilmu? Ya belajar! Itu saja. Belajar! Terus belajar." Saya sempat terdiam beberapa saat usai Kulub mengucapkan kata-kata tersebut. Saya seperti meraba dan melihat diri sendiri. "Kalau selama ini saya sulit melakukan sesuatu dan susah mendapatkan sesuatu, atau malah sulit keluar dari kesusahan dan kesulitan itu sendiri, itu bisa dipastikan karena saya tidak punya ilmunya. Karena saya belum tau ilmunya." Kulub menegaskan berkali-kali; apapun jenis kesulitan dan kesusahannya, bisa dipastikan ada ilmu untuk menghadapinya. Tak ada yang sulit kalau sudah punya dan tahu ilmunya. Kiayi Idris Djauha...

Pedagang Aman dan Tak Aman.

Saya pernah baca kalimat yang isinya kira-kira seperti ini: "sembilan dari sepuluh pintu rejeki adalah lewat berdagang." Sebagian orang bilang itu bersumber dari sebuah hadits. Walau ada yang mengatakan bahwa itu hadits lemah, tapi saya kok mengamininya. kenapa? Seperti cerita saya kemarin, pada hakekatnya semua yang dilakukan seseorang dalam terutama urusan dunia (mencari nafkah, memenuhi kebutuhan, dll) adalah berdagang. Bentuk dagangannya ada yang berupa non-fisik alias tak berwujud (seperti jasa, skill, tenaga, dll), ada pula yang berwujud (seperti pakaian, kain, kendaraan, dll). Semua pekerjaan dan profesi jika didagangkan dengan sebaik-baiknya, seperti akan menjadi pintu rejeki.  Para buruh, karyawan, dan pekerja kantoran, pada hakekatnya mereka adalah pedagang. Mereka menawarkan jasa, tenaga, pikiran waktu, skill, dan kemampuan mereka yang lain kepada pemilik perusahaan. Ketika pemilik perusahaan menerima, maka pemilik perusahaan pada hakekatnya adalah pembeli.  Pedaga...

Alinco (cerita singkat pemasaran bag-2)

Bekerja dan berprofesi apapun, hakekatnya kita semua adalah pedagang dan penjual. Hanya beda bentuk saja. Ada yang menawarkan kemampuan kakinya, keterampilan tangannya, kelihaian bicaranya, kecerlangan otaknya, hingga keindahan wajah dan bentuk tubuhnya. Semuanya bersumber dari diri sendiri. Dan itu modal utama. Sekali lagi: modal utama.  Tentu saja modal utama itu mesti diiringi dengan keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri. Jika tidak, sehebat apapun kemampuan seseorang, akan seperti pisau karatan dan tumpul. Semuanya mesti terus dilatih.  Keyakinan ditambah kepercayaan diri  kemudian diiringi proses belajar dan berlatih yang tak henti, sepertinya akan menghasilkan "produk" yang tak biasa. Mereka yang terus melatih kemampuan kakiknya dalam bermain sepak bola, akan memberikan produk permainan yang asik dan ciamik. Mereka yang melatih kemampuan tangannya dalam menggambar, suatu saat akan memberikan produk lukisan yang menawan. Mereka yang terus melatih kemampuan voka...

Alinco (cerita singkat pemasaran bag-1)

Oktober tiga belas tahun lalu, saat mampir di tempat teman yang usaha di jual-beli ikan mas, saya bertemu dengan laki-laki asli Makasar yang sudah dua puluh tahun lebih tinggal di Parung. Ia seorang pedagang beras, ikan mas, dan kelapa tua di pasar Parung. Pertemuan dengannya tidak pernah terencana. Tuhan yang mempertemukan. Saat ia tengah membeli ikan mas di teman saya, kami basa basi. Tak diduga, justeru dari obrolan itu, saya malah mendapat peluang usaha di jual beli kelapa tua.  Ya, saat itu, sudah tiga hari Agus tidak mendapat kelapa tua dari bandar yang biasa suplai untuknya. "Kalau lu ada kelapa tua, ukuran AB, harga 1500 perak, nyampe tempat gua, gue bayar cash," terang Agus penuh harap.  Saat itu juga saya pun iseng langsung telepon saudara di Banten. Tanya apakah ada stok kelapa tua. Tak diduga, stok ada. Saudara saya langsung mengiyakan dan bilang siap kirim malam itu juga satu mobil bak. Sekitar 1500 butir. Hal yang paling tidak saya duga, saudara saya bilang, per...

Alinco (bagian produksi)

Alinco singkatan dari Alternative income. Ini semacam program untuk Anda yang ingin mengembangkan kemampuan diri yang ujungnya alias "outputnya" bisa mendapat uang lewat wirausaha dan jual beli.  Dalam jual beli, banyak aspek yang saling mempengaruhi. Semuanya penting dan perlu. Tapi, setidaknya ada dua hal dasar yang perlu dipahami, yaitu produksi dan pemasaran.  Saat ini, Alinco baru berkegiatan di bidang pakaian. Ke depan tidak menutup kemungkinan akan merambah ke hal yang lain.  Selain fokus produksi, dua bulan belakangan, Alinco mengadakan kegiatan belajar menjahit gratis untuk ibu-ibu. Lokasinya di Panggulan Kelurahan Pengasinan kecamatan Sawangan. Kenapa ibu-ibu? Karena kami sangat meyakini "the power of Emak-emak" yang luar biasa. Mereka bisa mengerjakan dua-tiga hal dalam satu waktu. Ketika masak, mereka bisa sambil ngerendem cucian, mandiin anak, dan lain-lain.  Satu hal yang pasti, tak sedikit ibu-ibu yang mengetahui dengan pasti keadaan keuangan keluarga...

Cerita Tentang Tapi

Hal paling menyenangkan adalah bertemu banyak orang. Mendengar kisah mereka yang unik dan menarik. Di antaranya adalah tentang orientasi hidup dan bagaimana menyikapinya.  Ada orang yang dulu penuh keyakinan bahwa cita-citanya bisa tercapai, tapi kemudian berubah dengan mengatakan bahwa hidup mesti dijalani apa adanya saja. Ada pula yang dulunya sangat optimis bahwa kehidupannya akan menjadi lebih baik, tapi kemudian berubah menjadi orang paling pesimis.  Perubahan itu terjadi karena kenyataan hidup yang mereka alami masing-masing. Terlebih mereka yang sudah berusaha berkali-kali tapi hasilnya nihil. Kehidupan mereka tak berubah. Gitu-gitu aja. Bahkan, pernah ada yang bilang ke saya: "Kata-kata motivasi seperti nasi basi. Yang gue perlu adalah solusi."  Ketika saya tanya solusi untuk apa, satu hal yang saya simpulkan dari jawaban kebanyakan mereka adalah soal kehidupan di dunia; Bisa menafkahi keluarga, bisa hidup senang dengan banyak uang, dan bisa memenuhi semua keingin...

Takut Jualan?

Metode pertama agar orang lain bisa dapat uang dari pakaian yang saya produksi adalah menawari orang-orang jualan tanpa perlu beli. Saya suplai pakaian, mereka jual. Bayar setelah laku.  Tentu saja yang saya tawari pertama kali adalah orang-orang yang sudah saya kenal. Teman-teman dan saudara. Awalnya saya kira semuanya akan mau jualan tanpa perlu keluar uang, alias tanpa modal di depan. Tapi, ternyata tidak semua orang mau. Banyak dari mereka yang menolak. Ya mereka menolak dapat barang gratis.  Saya pun penasaran, kok bisa? Perlahan saya pun ajak ngobrol. Dari obrolan itu, sedikit terkuak alasan mereka yang menolak barang dagangan gratis.  Pertama, mereka merasa ribet. Ribetnya, karena sudah merasa punya banyak pekerjaan. Dan tak ada tempat untuk menyimpan pakaian dagangan. Saya pun tak berhenti, coba menawarkan alternatif lain.  Saya coba tawarkan mereka tak perlu stok produk. Saya cukup kirim foto, dan mereka pasarkan foto pakaian tersebut lewat online. Kalau ada...

Pasti Ada Cara Mendapat Barang Dagangan.

Ketika mendapat peluang usaha di dunia pakaian, pikiran saya langsung bilang: bagaimana agar orang lain bisa mendapat uang dari usaha ini.  Ya, saat ini, saya tidak lagi fokus bagaimana saya mendapat uang untuk diri sendiri. Tapi bagaimana orang lain pun mendapat hal yang sama. Beberapa kali saya melakukan uji coba, trial and error untuk hal ini.  Uji coba pertama, saya menawari beberapa teman untuk menjual pakaian tanpa perlu keluar uang untuk beli ke saya. Hasilnya, dari sekian banyak teman, hanya ada beberapa yang bertahan hingga saat ini.  Banyak hal yang menyebabkan mereka tidak bertahan. Di antaranya; pertama, mereka tidak fokus untuk jualan. Kedua, mereka punya pekerjaan lain. Ketiga, karena merasa tidak mengeluarkan uang, akhirnya ya seenaknya saja. Saat mau jualan, mereka jualan. Saat tidak mau, ya dibiarkan saja. Keempat, capek dan tidak puas, karena hasil yang mereka dapatkan selalu sedikit. Dan masih banyak penyebab lain Sementara mereka yang bertahan adalah m...

Usaha Bersama

Di antara orang-orang yang saya kagumi adalah mereka yang tak menyerah untuk melakukan hal apapun. Terlebih jika yang melakukannya adalah para perempuan.  Kekaguman saya akan semakin bertumpuk-tumpuk jika yang tak menyerah adalah para perempuan yang sudah berkeluarga yang ikut membantu suami soal urusan keuangan keluarga dan ekonomi.  Perempuan yang sibuk mengurus rumah dan anak, tapi tetap bisa mencari tambahan pemasukan keuangan. Perempuan yang tetap mau berusaha mengembangkan dirinya. Lebih-lebih jika perempuan tersebut adalah orang tua tunggal dengan beberapa anak tanpa suami.  Ketika mereka bekerja, berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, kekaguman dalam diri saya akan semakin tak terhingga. Sungguh, saya salut dengan perjuangan mereka.  Saya tak jarang menemui para perempuan tangguh ini di berbagai tempat. Mulai bekerja di gedung kantoran, pabrik, perusahaan, pertokoan, hingga di jalanan dan perkampungan. Dari sedikit obrolan, hampir semua...

Catatan Di Hari Kelahiran

Di tahun-tahun sebelumnya, acapkali 22 Juli, diri saya selalu penuh tanda tanya. Tentang pencapaian lah, mimpi lah, target lah, keinginan lah, harapan lah, dan lain-lainnya. Di tahun ini, hanya ada satu pertanyaan: kemana semua pertanyaan yang muncul di tahun-tahun lalu? Apa saya sudah mulai bosan dan tak peduli dengan semua pertanyaan itu? Di tahun-tahun sebelumnya, bisa dipastikan saya akan berharap ada yang memberi kejutan, mengucap selamat ulang tahun, atau melakukan perayaan kecil. Tapi, tadi malam, harapan itu tak ada. Apa hidup saya mulai tak dipenuhi harapan-harapan? Di tahun-tahun sebelumnya pun, biasanya saya akan membuat daftar keinginan dan target apa yang ingin diraih. Semalam, tak ada keinginan itu. Malah saya membangunkan umi karena minta dikerokin akibat badan saya yang sudah tak enak, keringat dingin, dan kepala nyut-nyutan. Apa saya sudah tak punya keinginan dan mimpi lagi?  Ya, saya malah bertanya tentang harapan, keinginan, target, dan mimpi yang kemarin begitu ...

Kebahagiaan dan Kesedihan di Sembilan Ramadhan

Setiap masuk hari ke-sembilan Ramadhan, memori saya selalu mengarah ke tahun 2002. Hari kesedihan sekaligus bersejarah. Terutama untuk saya.  Hari itu, sore setelah asar, di saat orang-orang tengah sibuk menyiapkan hidangan untuk membatalkan puasa dan yang lain tengah ngabuburit, H. Supandi Kurniawan, ayah saya malah memilih naik pohon mangga di depan rumah. mungkin ia ingin berbuka puasa dengan buah mangga mentah. Ya, karena tak sedikit yang bilang, di pohon yang dipanjatnya belum ada mangga yang masak alias masih kecil-kecil. Dan ternyata, ia bukan memetik mangga tapi menghampiri malaikat Izrail.  Pohon mangga yang tingginya tak lebih dari lima meter itu ternyata jalannya kembali ke Sang Pencipta. Supandi jatuh dari pohon mangga dan kepalanya mendarat tepat di batu kali yang cukup besar. Tentu saja batok kepalanya tak mampu memecahkan batu kali tersebut. Walhasil kepalanya retak. Darah mengalir dari lubang hidung, mulut, dan telinganya. Bang Bidin, tetangga yang bisa dibilan...

Khawatir, Perlu. Tapi Jangan Terlalu (Catatan Perjalanan Depok-Lombok bag-3)

Petugas tiket kapal Feri meminta saya untuk berada di pelabuhan perak, tepatnya di Zamrud Utara terminal Roro, jam setengah lima sore. Tlsaya kira jam lima kapal akan berangkat. Ternyata, di pelabuhan saat hendak berangkat ini, kita mesti tebalkan kesabaran.  Kapal DLN Batu Layar yang akan saya tumpangi menyeberang ke Lombok, ke Pelabuhan Lembar, baru bergerak meninggalkan pelabuhan Perak Surabaya, jam 11 malam. Ya, lima jam lebih waktu yang dibutuhkan untuk menunggu keberangkatan. Bersyukurnya. Pemandangan laut; angin laut, ombak, kapal-kapal, perahu nelayan, dan lain-lain, yang jarang saya lihat benar-benar memanjakan mata ini.  DLN Batu Layar yang saya tumpangi ini pun, bisa dibilang nyaman. Pelayanannya ramah. Perahu atau kapal laut ini terdiri dari 4-5 tingkat. Tingkat pertama untuk parkir kendaraan super besar seperti Fuso dan tronton yang punya ban lebih dari 6. Di lantai kedua digunakan untuk kendaraan yang rodanya di bawah 6 seperti truk dan mobil SUV. Untuk sepeda mo...

Kesempatan dan Kesehatan di Tengah Pandemi yang Mengubah Banyak Hal (catatan perjalanan ke Lombok -1)

Tak bisa berkelit, pandemi mengubah banyak hal. Terutama pada cara orang-orang melakukan sesuatu. Misalnya kumpul-kumpul, berbelanja, hingga melakukan perjalanan. Jika sebelum pandemi, ingin melakukan perjalanan mungkin hanya mempersiapkan bekal makanan, dana transportasi, pakaian ganti, dan fisik yang sehat, kali ini, mesti ditambah dengan surat keterangan negatif covid alias tidak sedang mengidap Corona. Bagi rumah sakit, klinik, atau instansi kesehatan ini bisa jadi peluang tambahan fasilitas pelayanan kesehatan. Bagi yang lain, ini jadi tambahan pertimbangan pengeluaran untuk melakukan perjalanan. Apalagi jika keluar kota atau keluar pulau. Setidaknya pandemi ini ingin mengatakan; "hei kesehatan itu mahal dan berharga, loh!" Karenanya saya sangat mengamini hadits nabi yang bilang bahwa orang-orang sering abai, bahkan acuh dengan dua hal; kesehatan dan kesempatan. Kata Raja Dangdut, apapun akan terasa kalau sudah tiada. Pun dengan sehat. Akan sangat terasa ketika sakit. Na...

Baju Yang Pas dan Nyaman

Gambar
  Seorang teman datang pagi ini dengan muka sedikit kusut. Wajahnya seperti seseorang yang tengah menahan amarah dan kecewa. Setelah duduk di bangku bambu di depan saya, ia membanting bungkusan ke atas meja. "Kecewa gue," ucapnya.  Saya ambil bungkusan itu. Ternyata isinya adalah gamis untuk perempuan. "Gue beliin buat ibu cewek gue, e ternyata ukurannya ukuran buat anak ABG. Ya, kagak muat lah buat nyokap cewek gue yang ukurannya jumbo," ucapnya masih dengan nada kecewa dan marah.  "Warna dan model sih, sesuai n sama Ama yang dipajang di marketplace. Tapi ukurannya itu loh. Udah gitu, gak bisa dibalikin. Kalau kegedean sih, masih bisa dikecilin, lah ini, kekecilan, gimana cara ngegedeinnya," lanjutnya masih berkeluh kesah lalu mengajak saya mencari solusi. "Harga si murah, tapi kalau gak bisa kepake, buat apa!" Lanjutnya masih dengan nada kecewa.  Apa yang menimpa teman saya ini, sepertinya banyak dialami orang lain. Zaman digital dimana akses i...

Terimakasih Semuanya

Bagaimanapun, Keluarga adalah mereka yang akan datang pertama memberi perhatian dan uluran tangan. Terutama saat kita sedang susah dan sangat butuh pertolongan. Dan saya  sangat merasakan itu.  Ayah saya meninggal saat saya masih kelas lima (setara dengan kelas 2 SMA) di TMI Al-Amien Prenduan, Madura. Adik saya, masih kelas tiga Tsanawiyah di salah satu pesantren di Cianjur. Dan adik saya yang bontot, baru berusia 5 bulan. Ya, dia masih bayi. Sepertinya ia tak pernah mengenal wajah ayah, kecuali dari foto yang tersisa.  Sejak meninggalnya Ayah, Umi saya yang seorang guru MI, mesti membesarkan ketiga anaknya sendiri. Alhamdulillah, adik saya mendapat keringanan alias bebas biaya pendidikan dari kiayinya di Cianjur. Sementara saya, pernah mengurungkan diri untuk melanjutkan pendidikan di Pondok.  Dengan sigap, Nenek saya (Saat ini sudah almarhum, Allahu yarhamha wa yagfir laha) menginstruksikan paman-paman (adik-adik umi saya) untuk urunan 50.000-100.000/bulan. Semuany...

Asumsi Berdasar Kira-kira.

Setiap hari saya merasa semakin bodoh. Terlalu banyak hal yang luput dari pandangan mata, otak, dan hati saya. Padahal, yang luput itu hanya di satu hal. Itu pun yang saya temui dan kerjakan setiap hari.  Entah berapa kali matahari terbit tenggelam ketika saya tengah mempelajari semesta pemasaran. Selalu saja ada hal baru yang saya ketahui. Seakan-akan ilmu dan pengetahuan tentangnya tak pernah habis.  Selama ini, ternyata saya banyak berasumsi dengan dasar kira-kira. Saya memprediksikan pemasaran produk dengan kira-kira. Misalnya; Saya berasumsi bahwa dagangan sepi disebabkan faktor ini dan itu. Pun sebaliknya, saya berasumsi dagangan laris karena ini dan itu. Walhasil semua asumsi itu begitu goyah dan labil. Gampang runtuh. Sebab, dagangan laris atau tidak, bisa diketahui dengan mengolah informasi yang kemudian menjadi data. Sederhananya bisa diketahui dengan riset; Penelitian. Layaknya skripsi, tesis, atau disertasi, semesta pemasaran suatu produk pun tak lepas dari penelit...

Sesekali Berliburlah.

Urusan dunia, tak bisa dipungkiri, menyodorkan hal tak sepele. Kalau efek positif, sepertinya tak terlalu bikin pusing. Persoalannya kalau efek yang nongol adalah yang negatif, seperti penat, capek, hingga stres tak kepalang tanggung. Apalagi kalau faktor psikologis seperti amarah dan kejiwaan ikut terdampak. Rasanya, dunia itu hanya menyodorkan satu hal; kelam. Pekerjaan, hubungan antar manusia, kebutuhan diri, dan tetek bengek lainnya sangat potensial melahirkan dua sisi tadi; positif dan negatif. Karenanya, sesekali sangat perlu ambil jeda dan jarak. Berhenti sejenak dari rutinitas. Lakukan hobi dan hal menyenangkan, bisa jadi alternatif keluar dari jebakan efek negatif rutinitas. Bisa pula dengan menyendiri di suatu tempat yang memberi ketenangan dan keindahan alam. Sederhananya; berliburlah. Refreshing. Jalan-jalan. Rekreasi. Piknik. Bisa ke pantai, pegunungan, atau tempat-tempat liburan dan hiburan lain. Eit, sayangnya liburan pun kadang malah menimbulkan efek negatif lain. Misal...

Pertanyaan yang Wajib Dijawab Saat Kita Jualan. (mantra pertama)

Jika terlanjur punya produk, ada pertanyaan yang kalau bisa dijawab bisa menjadi jurus sakti yang bisa membuat orang-orang membeli. Apa itu? Pertanyaannya adalah: "Kenapa orang-orang harus beli produk yang kita jual?" Nah, syarat mantra ini adalah kita tidak boleh menjawabnya dengan: "produk kita murah dan kualitasnya bagus."  Ya, hindari jawaban soal harga dan kualitas. Sebab, semua penjual, bahkan pedagang yang memasarkan produk yang sama dengan kita pun bisa mengklaim hal yang sama; bahwa produk mereka murah dan berkualitas. Jawabannya bisa beraneka rupa. Semuanya kembali ke kita masing-masing. Misalnya yang jualan gamis. Kenapa orang-orang harus beli gamis di kita? Padahal pedangang gamis jumlahnya ratusan orang.  Atau mereka yang jual makanan. Mie ayam misalnya. Pertanyaannya sama: kenapa orang-orang harus beli mie ayam ke kita.  Begitupun dengan produk-produk lain, untuk membuat laris, bisa menggunakan mantra ampuh pertama ini.  Eit, mantra ini pun ampuh loh, ...

Membaca Peluang Usaha; Menentukan Pasar Lewat Kebutuhan Orang-orang

Lagi-lagi ada yang tanya; "cara nangkep peluang usaha bagaimana? Cara jualan biar laris n laku kayak gimana?" Lewat pesan di akun Facebook saya.Pun, Lagi-lagi saya hanya membalas, insyaallah besok saya akan cerita di Facebook. Cerita kali ini, masih tentang Kulub yang suka berbagi pengalaman berdagang dan jualannya ke saya.  Kulub berkali-kali bilang ke saya bahwa cara menangkap peluang usaha itu bejibun. Tak terkira banyaknya. Salah satunya adalah kita mesti tahu apa yang dibutuhkan orang-orang. Ya, kebutuhan. Kalau sudah dibutuhkan, orang akan mencari. Apapun itu. Nah, pertanyaan yang lebih penting untuk dijawab adalah bagaimana caranya agar kita tahu kebutuhan orang?  Tentu saja, jawabannya pun akan bertubi-tubi datang ke benak kita. Paling sederhana, bisa lewat ngobrol santai, bisa lewat group WhatsApp, dan bisa dari mana pun, di mana pun, dan kapan pun.  Kalau mau sedikit berupaya, kita bisa lihat lebih dalam dan jauh. Misalnya ke suatu komunitas. Komunitas sepeda la...

bagaimana cara jualan, itu lebih penting

Bagaimana Cara Jualan, Itu Lebih Penting Ada yang diam-diam membaca lalu "tersentil" dengan cerita saya sebelum ini. Ia mengirim pesan ke saya lewat kotak pesan Facebook. "Oke, aku sedikit setuju pada dasarnya setiap orang tengah jualan, dan yang membedakan adalah intensitasnya. Karyawan sebulan sekali mendapat bayaran, sementara yang jualan, di warung, pasar, dan yang menjual produk, kemungkinan tiap hari mendapat bayarannya. Terus kalau aku jualan produk, apa aku juga disebut pedagang? Aku kan masih kerja ke orang, apa bisa? Kalau berdagang apa udah bisa disebut pengusaha? Terus, bedanya pedagang, pengusaha, dan pebisnis itu apa? Apa semuanya sama aja?" Kira-kira seperti ini pesannya. Saya tak langsung menanggapi. Sebab yang saya lakukan adalah mencoba memahami maksud pernyataan dan pertanyaannya. Akhirnya, saya hanya membalas: "terimakasih atas perhatiannya. Besok pagi saya mau cerita lagi (di Facebook dan blog). Dari cerita itu mudah-mudahan kamu ada gambar...

Masih Mau Bilang Gak Bisa Dagang?

Berkali-kali saya dibuat heran oleh orang yang selalu mengatakan bahwa ia tak bisa dagang dan tak bisa jualan. Alasannya, tak bisa menawarkan dagangan lah, gak tau mau masarin ke mana lah, dan alasan-alasan lain.  Meski mereka punya landasan dan alasan, tapi saya pun punya keyakinan, bahwa setiap orang bisa menjual sesuatu alias bisa dagang. Sadar atau tidak, apapun profesi yang tengah dijalani, sepertinya semuanya tak akan lepas dari jualan.  Mulai Karyawan, kuli bangunan, hingga ojek sekalipun, hakikatnya, sebenarnya, mereka tengah jualan.  Karyawan menjual keahliannya, kuli bangunan menjual jasa tenaga dan kelihaiannya, ya ada sesuatu yang mereka jual dan kemudian mendapat bayaran, upah, gaji, honorarium, atau apapun namanya.  Ada transaksi di sana, walau mungkin bagi karyawan transaksi itu terlihat dan terasa sebulan sekali. Dan yang beli mungkin hanya atasan, bos, atau pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Tapi, hakikatnya tetap ada yang jualan dan ada yang ...

Mengukur Tubuh: Upaya Mewujudkan Kenyamanan

Sore ini ngobrol dengan teman yang ingin membelikan gamis untuk kekasihnya sebagai hadiah. Sayangnya ia kesulitan untuk menemukan ukuran yang pas. Lebih tepatnya ia ragu dan khawatir gamis yang akan dibelinya malah tidak muat alias kekecilan ataupun sebaliknya, kebesaran. Terlebih saat ia belanja online yang tidak bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh kekasihnya. Hal ini sepertinya tidak dialami teman saya itu saja. Banyak orang yang malah sedikit menyesal ketika membeli pakaian secara online. Meski telah tertera penjelasan soal ukuran, tapi seringkali ukuran pakaian tersebut malah tak nyaman saat dikenakan. Ya, para penjahit dan pengusaha pemilik konveksi, memang menggunakan ukuran-ukuran standar. Sayangnya, tak sedikit penduduk di Indonesia lepas dari ukuran standar  tersebut. Misalnya ukuran pinggang. Ada yang lebih dan ada yang kurang dari ukuran standar tersebut. Hal ini, membuat para konsumen, mesti mengubahnya kembali ke penjahit terdekat atau yang dipercaya. Istilahnya, dipe...

insomnia

Lebih dari seminggu, jadwal tidur saya layaknya gambar anak-anak PAUD: terlihat rapi, tidak, tapi seneng aja lihat gambar yang mereka hasilkan.  Sampai tulisan iseng ini saya buat, sekitar pukul 10.08 menjelang siang, pun mata ini belum menyerah untuk terpejam. Seperti ingin melawan sesuatu.  Saya sudah coba berbagai cara untuk bisa tidur. Mulai dengerin musik klasik, matikan lampu, hingga baca buku. Semuanya, tak berdaya.  Edannya, seperti tahu saya tidak bisa tidur, Kulub selalu datang di sepertiga malam. Ngajak diskusi berbagai hal. Ia seperti tahu betul apa yang saya butuhkan saat tidak bisa tidur; teman bicara.  Ketika yang lain mengatakan bahwa kemungkinan saya ada yang tengah dipikirkan, Kulub malah mengajak saya berpikir. Beruntung, saya tidak punya jadwal kerja berangkat pagi pulang sore. Malah bisa dibilang; kehidupan yang saya jalani teramat santai. Terlalu santai. Tapi ternyata, setelah saya cari informasi di "Mbah" google. Kebanyakan artikel menyatakan b...

Memberikan rasa nyaman untuk orang yang disayang

Siapapun, bisa dipastikan akan mencari dan melakukan apapun yang dianggap dan dipercayai bisa membuat lalu memberi kedamaian, ketenangan, dan kenyamanan. Setidaknya, buat diri sendiri. Beruntung kalau bisa berbagi ke keluarga dan orang lain. Ya, damai, tenang, dan nyaman.  Orang-orang bekerja sesuai dengan profesi masing-masing, ujungnya agar bisa membiayai segala kebutuhan diri dan keluarga. Ketika semua itu terpenuhi, ketika melihat keluarga senyum dan tertawa bahagia, lahirlah kepuasan dalam batin. Pun ketika bisa ngajak jalan-jalan orang yang disayang, membelikan sesuatu untuk mereka, bisa dipastikan ada kepuasan dan kesenangan tersendiri, bukan? Ada rasa nyaman yang lahir di dalam diri, bukan? Sebaliknya, jika melihat orang-orang yang disayang tidak bisa makan, belum bisa bayar iuran sekolah, gak bisa liburan dan jalan-jalan, tak bisa dipungkiri akan ada rasa sesak di dada. Sungguh tak nyaman rasanya. Tidak hanya di diri laki-laki, perempuan pun sepertinya akan tidak nyaman de...