Amal sholih bisa membuat seseorang masuk neraka.

Kulub dan Kia yang sebentar lagi akan menikah tengah sibuk mempersiapkan segala. Bagaimanapun sibuk dan lelahnya, semua yang dilakukan terasa indah, menyenangkan dan membahagiakan. Semua karena berlandaskan rasa sayang. Tiada hari, bahkan menit, yang dilewatkan tanpa saling memberi perhatian dan dukungan yang didasari rasa sayang.

Tentu saja tak selalu seperti itu, adakalanya mereka bicara dan diskusi hal-hal yang dikira perlu. Seperti hari ini, Setelah ke percetakan untuk mendesain undangan, mereka mampir ke rumah makan. Kulub dan Kia pun terlibat pembicaraan tentang seorang ahli ibadah yang nyaris masuk neraka. Padahal ia seorang hamba yang rajin beribadah. Tak pernah absen beramal Sholih selama lima ratus tahun. Kulub menjelaskan hal Ini bisa ditemui dalam kitab Al-Nashoihu Al-Diniyyah wa Al-Washoya Al-Imaniyyah karya Alhabib Abdullah bin Alawi Al-Haddad.

Dengan penuh perhatian, Kia mendengar calon suaminya bercerita tentang hamba tersebut yang diperintahkan masuk surga. Dan itu karena rahmat-Nya. "Seperti kita berdua yang akan berusaha melakukan apapun karena rasa sayang," seloroh Kulub. Kia hanya tersenyum. Lantaran Kulub melanjutkan ceritanya.

Hamba tersebut protes. Sebab ia merasa pantas masuk surga karena amal ibadahnya yang banyak. Allah pun ingin bercanda. Main hitung-hitungan. Hamba tersebut diperintah untuk menghitung nikmat yang ia dapat selama hidup di dunia. Cukup satu saja: nikmat penglihatan. "Ternyata, nikmat penglihatan yang ia dapat selama di dunia mampu menenggelamkan alias menutup semua kebaikan dan ibadahnya selama lima ratus tahun," tegas Kulub yang langsung ditimpali Kia, "berarti yang membuat seseorang bisa masuk surga adalah karena rahmat Allah. Bukan yang lain."

Seseorang datang membawa makanan yang Kulub dan Kia pesan. Obrolan berhenti sejenak. Kulub yang tak mau bicara dan ngomong selama makan menghentikan cerita. Usai makan, tentu saja setelah minum segelas air putih hangat, Kulub melanjutkan cerita kepada Kia yang juga sudah selesai makan.

Kulub menjelaskan kata rahmat yang merupakan bentuk mashdar dari akar kata rahima yarhamu rahman rahmatan, yang artinya menaruh kasihan atau menyayangi. Ini ia kutip dari pendapat Ibnu Faris dalam Maqayis al-Lughah yang menyatakan setiap kata Arab yang berakar dari tiga huruf "ro", "ha" dan "mim", memiliki arti dasar kelembutan, kehalusan dan kasih sayang. Kia pun mengomentari "ya, itu senada dengan pendapat Azyumardi Azra dan kawan-kawan yang menyusun buku Ensiklopedi Islam, Kak". Kia menuturkan tentang arti dan definisi rahmat dalam ensiklopedi tersebut. "Rahmat itu karunia Allah yang bisa berupa kenikmatan rezeki, kebahagiaan hidup dan ketentraman yang diberikan kepada manusia selama hidupnya di dunia dan akhirat," terang Kia.

"Jadi, bisa dibilang kasih sayang Allah lah yang membuat seseorang bisa masuk surga.Bukan amal ibadah dan kebaikan seorang hamba selama di dunia. Meskipun setiap detik ia beribadah, berbuat baik, dan beramal sholih," jelas Kulub sambil menghisap rokok. Kia masih memperhatikan. "Alhabib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menjelaskan dalam kitabnya, itu bisa terjadi, jika hamba tersebut bersandar dan berkeyakinan bahwa amal baiknya, ibadahnya, dan semua perbuatan baiknyalah yang akan membuatnya masuk surga," lanjut Kulub yang kemudian menjelaskan tentang fadhilah Allah yang bisa membuat seseorang masuk surga, disamping rahmat-Nya. Ini ditimpali Kia dengan; "oh, Fadhilah yang secara sederhana bisa diartikan sebagai keutamaan dan kelebihan, ya Kak?". Kulub pun memgamini dengan mengutip ayat Al-Quran yang dijadikan rujukan oleh Al-Habib Abdullah bin Alawi Alhaddad dalam kitabnya: "Wa lau laa fadhlullahi 'alaikum wa rohmatuhu maa zakaa minkum min ahadin abadan walaakinnalloha yuzakki man yasyaa-u wallahu waasi'un 'alim".

"Jadi, jika ada yang berkoar-koar pasti masuk surga karena melakukan ini dan itu. Atau diam-diam meyakini dirinya pasti masuk surga karena merasa amal ibadahnya bejibun, dekati, ajak ngopi, lalu bisiki ayat di atas. Khawatir ia terpeleset. Sebab amal sholih bisa seperti kulit pisang yang dibuang sembarang. Bisa membuat seseorang terpeleset. Jatuh. Luka. Sakit. Bahkan berdarah, jika saat jatuh kepalanya membentur batu runcing," terang Kulub yang kemudian bercerita bahwa pada kitab yang dikaji dan dibaca setiap malam kamis di majelis Ratib dan Maulid Ittihadussyubban Sawangan Depok dan diampu oleh KH. muhammad Abdul Mujib itu, ditegaskan orang-orang yang seperti itu (yang merasa dan meyakini ia pasti masuk surga karena amal ibadahnya) adalah orang yang berani kepada Allah. "Tentu saja ini hal gawat. Sebab, lawan kata berani adalah takut. Dan takut adalah salah satu pengertian dari taqwa. Bisa dikatakan, orang yang demikian itu malah tidak bertaqwa. Meskipun banyak amal sholihnya. Ngeri, bukan?" ucap Kulub kemudian berhenti sejenak untuk menghisap rokoknya dalam-dalam.

Tak lama, Kulub mengatakan pada Kia tentang orang yang meskipun bersungguh-sungguh dalam beramal sholih namun bersandar kepada amalnya tersebut, misalnya akan membuatnya masuk surga, disebut juga sebagai orang yang "'ujub binafsihi". Terlalu bangga pada diri sendiri. "Bahasa milenialnya, mungkin, narsis yang berlebihan, ya Kak. Sebuah istilah yang diambil dari nama tokoh dalam mitologi yunani, Narcisus. Ia yang saban waktu selalu melihat sungai hanya untuk melihat keelokan wajahnya. Hingga konon, ia pun mati lantaran terlalu lama memandang wajahnya sendiri," balas Kia.

"Bisa jadi. 'Ujub binafsihi pun sepertinya menentang ayat yang sering kita baca; Allahusshomad. Hanya Allah tempat bersandar. Tempat bergantung. Dan tempat segala-galanya. Tiada yang lain." Kulub menyeruput kopi. "Kak, kalau dibiarkan, bisa jadi sifat dan sikap ini akan mengarah kepada sombong. Satu sifat dan sikap yang paling dibenci Allah. Tentu Kakak ingat bagaimana iblis diusir dari surga, bukan? Jadi ngeri ya?," ucap Kia yang kemudian berharap kasih sayang diantara mereka, pernikahan yang akan mereka laksanakan dalam waktu dekat semua karena Allah. Disandarkan, dipasrahkan, dan diniatkan hanya karena Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)