Membaca Sastra, Membaca Diri: Mengenal Ilahi (bag-3)

Membaca sastra, membaca diri: mengenal Ilahi (bag-3)

(penulisan kreatif dan pembacaan para sufi akan alam, manusia, dan Tuhan.)

Vladimir I. Braginsky dalam Tasawuf dan Sastera Melayu mengatakan empat alam (mulk/nasut, malakut, jabarut, dan lahut) disamakan dengan empat tahap pengenalan mistik, yaitu "ilm al-yakin", yaitu pengetahuan diskursif yang diperoleh melalui bukti dan logis. Kemudian "ayn al-yakin", "haqq al-yakin", dan "kamal al-yakin".

Karena makro- dan mikrokosmos adalah teks yang menampung ilmu, maka proses dan usaha pengenalan ilmu ini dipandang sebagai pembacaan kreatif. Ini sama seperti penulisan kreatif, yaitu penciptaan.

Ya, dalam tradisi sufi terdapat proses pembacaan. Kita mengenalnya dengan zikir. Schimmel menjelaskan proses pembacaan dalam tradisi Sufi berangsur-angsur seperti "menghapuskan" teks. Dan ini terdapat dalam urutan zikir Sufi.

Zikir Sufi yang pertama adalah: "laa ilaaha illa Allah" sebagai pengulangan syahadat. Kemudian zikir yang kedua adalah mengulang nama "Allah" sebagai kata terakhir dalam syahadat. Zikir yang ketiga ialah pengulangan kata "Huwa" yang berarti Dia dan dianggap sama dengan huruf terakhir dalam nama Allah.

Konteks penulisan dan pembacaan tradisi Sufi tersebutlah yang sepertinya menghasilkan penafsiran dan reduksi Al-Quran. F. Schuon dalam Understanding Islam (London, 1981) menjelaskan tentang ajaran sufi terkait hal ini.

Ia menjelaskan ajaran sufi tentang Al-Fatihah yang dikatakan menampung hakikat segenap Al-Quran. Al-Fatihah kemudian terangkum dalam basmalah. Sedangkan basmalah terkandung di dalam hurufnya yang pertama 'ba'. Dan di huruf 'ba' itu terdapat noktah (titik) di bawahnya. Dan noktah itu sesuai dengan titik pertama dari "Midad" (tinta) Ilahi yang jatuh dari Kalam "Al-a'la". Inilah "ar-Ruh" atau prototipe jagat raya.

"Lau kaana al-baru midaadan likalimaati robbi, lanafidal bahru qobla an tanfada kalimaatu robbi, walaw ji-na bi mitslihi madadaa". Ya, kalimat-kalimat Allah begitu lebih luas dan banyak. Bahkan lautan tak sebanding dengan titik yang ada dalam Kitab Besar-Nya. Dan ini gambaran tentang penciptaan Allah Yang Maha Lebih Besar, yang diturunkan menjadi kitab kecil, berupa Al-Quran yang memuat keterbuhungan alam-manusia-Tuhan.

Jadi, Alam semesta (Makrokosmos) dan manusia (mikrokosmos) merupakan salinan teks yang sama. Karenanya manusia sama-sama dipandang sebagai urutan huruf. Dan ini mengandung bunyi. Lebih dalam lagi, mengandung makna. Kemudian mengandung ilmu dengan tingkatan-tingkatannya.

Cara menguasai ilmu-ilmu tersebut ialah dengan pembacaan. "Iqro". Seperti perintah pertama. Wahyu pertama dalam Al-Quran. Proses pembacaan yang dimaksud adalah membaca segalam termasuk membaca ke dalam teks (Alam-manusia-Tuhan: Al-Quran) hingga mencapai dan mengenal Absolut Realitas Tertinggi (Tuhan Yang Maha Lebih Besar).

Selain itu, pembacaan yang dimaksud adalah pembacaan meditatif. Penghayatan. Sebab, kehidupan (jagat raya dan manusia) adalah "naskah" atau salinan teks-teks suci. Seperti Al-Quran dan zikir(syahadat, Asma Allah) bagi para Sufi. Dan puisi merupakan salah satu persuratan dan penciptaan, yang menjadi paling dekat dengan Al-Quran.

Kaidah-kaidah puisi memungkinkan manusia untuk menghayati "intipati azali" yang merupakan wujud dalam bentuk batin. Bentuk yang belum dinyatakan dan disingkapkan atau dilahirkan. Keberhasilan (kesempurnaan) setiap penghayatan, ditentukan oleh sejauh mana si penyair berhasil mendekati "intipati azali", "kebenaran semula", "citra semula" dari segala motif dan gambaran yang ada.

Jalaluddin As-Suyuti pada "Kesempurnaan Dalam Ilmu-Ilmu Tentang Al-Quran" pada bab tentang I'jaz Al-Quran mengatakan bahwa Al-Quran sebagai teks yang tak dapat ditiru dan tak berbanding, tampil sebagai penampung arti dan makna (ma'ani) yang diucapkan dengan kata (alfaz). Termasuk struktur arti dan struktur kata, semuanya merupakan yang terbaik. Dari segi ilmu puitika dan retorika.

Karena itu pula Al-Quran bisa dikatakan semacam penjelmaan "adi-sastra". Kok bisa? akan kita bahas di bagian selanjutnya.

Allahu a'lam bisshowab

Pondok Labu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)