Banyak Binatang dalam diri ini (bag. 2)

Seringkali saya tidak menjadi apa adanya saya. Melakukan dan berpenampilan ini karena ingin dilihat begitu oleh orang lain. Termasuk melihat yang di luar diri ini, seringkali hanya "covernya" bukan isinya. Dan parahnya, dengan hanya melihat "cover" tak jarang saya menilai dan beranggapan. Si A itu beginilah, si I itu begitulah, si U itu anu lah, si E itu "ngono" lah, dan oh, si O itu begitu, hanya karena saya melihat covernya saja. Melihat penampilannya saja. Terlebih jika penampilannya itu lebih buruk dari saya. Sungguh, saya suka dan senang jika ada orang yang lebih buruk dari saya, entah kenapa. Termasuk jika ada yang salah.

Padahal "Dont judge book by its cover" sangat sering saya dengar. Dan mungkin menjadi semacam doktrin buat diri ini. Sayangnya pemahaman saya melenceng. Hingga sering mendahulukan penampilan dan apapun yang tampak luar. Lupa akan isi. Luput akan esensi. Dan lalai akan substansi. Kalaupun tidak melenceng dan berusaha melihat dibalik penampilannya, lagi-lagi saya sering menginginkan penilaian dari orang-orang. Tentunya penilaian yang baik.

Saya akan bersikap lucu, menyenangkan, dan menggemaskan karena ingin dinilai begitu oleh orang lain. Saya akan berusaha membuat orang-orang terpukau. Karena kelucuan, ketampanan, pakaian, dan penampilan yang saya suguhkan kepada mereka. Semua itu untuk menutupi borok dan kelemahan diri. Kekurangan diri yang tak terhitung ada dalam diri. Hingga diri ini tidak menjadi apa adanya saya.

Sikap, perilaku, ucapan, dan penampilan saya yang seperti itu, perlahan membuat saya kehilangan diri sendiri. Kehilangan jati diri. Saya mungkin bisa menyenangkan orang lain, tapi menyakiti diri sendiri. Karena kepura-puraan. Karena saya menunjukkan ketidakaslian. Seperti hoax dan kebohongan. Ya, saya menampakkan hal yang dianggap baik, keren, fantastis, istimewa, dan ajib kepada orang lain. Dan selalu seperti itu. Padahal, aslinya, saya tak begitu. Dan terus begitu. Dari hari ke hari. "Kaburo maqtan" kah ini? Atau munafik?

Beruntung, saya bisa menjadi diri sendiri ketika sudah kembali ke kamar pribadi. Ketika tak ada orang lain yang melihat. Itupun, tak selalu. Karena terkadang ada orang tua. Kepada mereka pun saya suka menjadi diri yang palsu. Menunjukkan bahwa saya anak yang baik. Bahwa saya anak yang suka belajar dan mengembangkan diri. Padahal, saya sering bolos dan tidak masuk kelas. Saya lebih suka pacaran. Bukan. Bukan pacaran. Lebih tepatnya, berhubungan dengan lawan jenis. Berdua-duan dengan mereka. Melampiaskan segala hasrat. Dengan terus berpegang teguh pada; hubungan yang sehat, atas dasar saling suka, atas dasar sayang dan cinta, atas nama pacar dan pasangan. Semuanya saya lakukan dengan aman.

Berbagai nama dan tipe perempuan pernah saya rasakan. Mulai yang gratis hingga berbayar. Dari yang usianya masih belasan hingga yang puluhan tahun. Semuanya karena satu; saya butuh dan itu normal manusiawi. Sebagai makhluk yang diberi akal, saya sering mengakal-akali perempuan agar mau bersenang-senang di dalam kamar. Pernah, ada perempuan yang tidak mau sentuhan, dan dia menawarkan untuk melampiaskan hasrat lewat telepon, wa, dan video call. Apapun akan saya lakukan, asal hasrat dalam diri bisa tersalurkan. Dan lagi-lagi saya akan terus menganggap semua itu kebutuhan, dan hal wajar serta normal dilakukan laki-laki dan perempuan yang pacaran. Kalaupun tidak pacaran, setidaknya sama-sama mau dan sama-sama senang.

Saking banyaknya perempuan yang menemani saya dalam melampiaskan beban kemaluan, gambar kepala dengan telinga agak panjang saya dijadikan logo sebuah majalah dewasa. Ada kebanggaan dalam diri ini, ketika mendapati itu. Tidak hanya itu, seringkali saya merasa senang karena telah ratusan perempuan yang mau menyatukan diri dengan saya dalam satu irama desahan surga dunia. Tampang dan penampilan saya yang lumayan, membuat mereka mau dan suka melakukan itu. Karena saya pun yakin, mereka memiliki hasrat yang sama. 

Perkenalkan, saya adalah kelinci. Pemilik wajah yang imut dan menggemaskan. Dan seringkali wajah ini menipu mata kalian. Kesukaan saya akan kawin luput dari pandangan. Makanya saya sangat suka ketika manusia menggunakan dalil untuk segala kepentingan. Dan bukankah salah satu kelebihan manusia itu adalah pembenaran. Ya, menggunakan dalil untuk pembenaran dan kepentingan?
Diantara yang saya suka adalah dalil-dalil perihal poligami. Saya butuh itu, agar hasrat liar seksual saya bisa tersalurkan dan halal. Terlebih jika ada yang menggunakan ayat-ayat Al-Quran, yang "matsna wa tsulatsa wa ruba' itu.

Tak jarang saya dibuat bingung kenapa banyak perempuan tidak suka dimadu. Dan sungguh saya sulit merayu mereka untuk setuju. Dan pastinya, ketidakmampuan saya untuk berlaku dan bersikap adil bisa tertutupi. Makanya, saya sangat suka ketika penekanan yang digaung-gaungkan adalah tentang kuantitasnya, yang dua, tiga, atau empat itu. Urusan kualitasnya, yang menyangkut adil itu, tak perlu terlalu ditekankan. Memperbanyak kisah tentang istri nabi yang lebih dari satu, sepertinya itu ide yang bagus. Begitu cemerlang dan inspiratif.

Termasuk tentah nikah dini. Bagi saya, si kelinci ini, itu sangat mencerahkan. Sekaligus menggairahkan. Urusan kematangan emosional dan psikologis, bisa kalian tutupi dengan dalil-dalil, naqli maupun 'aqli, bukan? Ayolah, saya akan menjadi orang di barisan terdepan kalau itu terkait urusan seksual. Sepertinya, teman-teman saya, binatang yang lain, akan ikut dan sangat mendukung. Entah dsngan si buaya, yang katanya hanya suka dengan satu pasangan saja. Tapi, saya tekankan, kebanyakan binatang akan mendukung.

Ayolah, saya minta pengertian dan pemahaman kalian. Si kelinci yang imut dan menggemaskan ini menyimpan hasrat seksual yang begitu besar. Karenanya, jika ada yang mengusung kehidupan bebas, tentu saya akan mendukung. Terlebih jika itu terkait seks. Iklan-iklan tentang kondom dan alat kontrasepsi perlu ditingkatkan. Itu demi keamanan bukan?

Oiya, tolong sampaikan salam kepada manusia. Kandangku agar diperbesar. Dan mohon tempatkan banyak betina di situ. Biarkan si imut nan menggemaskan ini bersenang-senang.

Sawangan Baru

Bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)