Kepedean


Hari ini Kulub mendapati hal sangat lucu. Begitu lucu. Seperti anekdot dan humor. Membuatnya sering mengernyitkan dahi. Geleng-geleng kepala. Lalu senyum. Kemudian tertawa. 

Ia dapati hal menggelikan tersebut di HP. Bukan, bukan di sebuah situs atau website yang isinya lucu-lucuan. Tapi dari WA. Bukan, bukan group tapi pesan pribadi dari seseorang. 

Isi pesannya sih serius. Mulai, kekesalan hingga kemarahan. Malah ada ancaman. Soalnya melibatkan pengadilan segala. Ngeri, kan? 

Edilalah, Kulub malah ketawa membaca pesan-pesan itu. Saya sebagai sahabat, tentu bertanya-tanya. Apa isi pesan tersebut dan siapa pengirimnya. Setelah mendapat penjelasan Kulub, saya tak tahan juga. Ikut tertawa. Menertawakan, lebih tepatnya.

Begini ceritanya. Tadi pagi, sekitar jam tiga. Kulub buka WA. Terpampang ribuan pesan. Nah, di antara ribuan pesan itu, ada satu nomor tanpa nama. Namun tak asing baginya. Setelah tiga detik, ia tahu siapa pengirimnya. Ditambah foto profil yang terpampang.

Si pengirim seperti konsumen sebuah apotek yang "komplen" akan obat yang dibeli. Si konsumen yang sakit kepala, malah beli obat sakit perut. Tapi ia ngomel-ngomel ke petugas apotek karena ngasih obat yang salah. Padahal ia sendiri yang pesan obat sakit perut. 

Analoginya kok kejauhan ya. Begini. Si pengirim pesan merasa kecewa (sepertinya marah juga) dan tidak terima dengan tulisan Kulub di Facebook. Saya pun bertanya, "tulisan yang mana?" Kulub pun menunjukkan tulisan yang dimaksud.

Saya pun sama dengan Kulub: mengernyitkan dahi, senyum, lalu tertawa. Pasalnya, si pengirim seperti orang "kepedean". Ia begitu yakin, haqqul yaqin, semaqueen yaqueen, bahwa tulisan Kulub itu tentang dia. Setidaknya menyinggung dia. Padahal tidak ada sedikitpun nama si pengirim, alamat atau hal-hal yang berkaitan dengannya, tertulis di sana.

Tapi, Kulub berpikir, menghormati dan menghargai orang, serta menghindari konflik itu lebih baik, ia pun tidak menampilkan tulisan yang dimaksud di "timeline" facebooknya. 

Saya pun berseloroh; "memang unik ya ciptaan Tuhan bernama manusia", yang ditimpali Kulub dengan: "mungkin dia masih kepikiran saya. kangen ama saya. Pengen perhatian dari saya". Lalu saya timpali lagi: "kayaknya lu ketularan kepedean, Lub. Kayaknya lu perlu ngopi, Lub".

Kami pun tertawa. 

Situ Gintung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)