Masih tentang plus minus (+-)

Kulub menyadari hubungannya dengan Kia tak melulu mengenakkan. Ada saja hal-hal remah keripik yang bisa menjadi perkara serius. Menimbulkan perdebatan sengit dengan pertengkaran sedikit. Justeru, di situlah letak keindahannya. Kulub dan Kia merasakan indahnya hubungan mereka justeru karena perbedaan. Terlebih setelah perdebatan dan pertengkaran selesai.

Hal-hal minus (-) sepertinya sengaja diciptakan Tuhan untuk mempertegas nilai plus (+). Pun sebaliknya, yang positif (+) membuat kehadiran yang negatif (-) menjadi lebih bernilai. Keduanya saling melengkapi. Seperti Kulub dan Kia yang lebih mengerti dan memahami bagaimana watak, karakter, sikap, dan pemikiran masing-masing.

Seperti siang menjelang sore tadi di taman kota BSD. Awalnya ingin olahraga, mereka malah berdebat tentang rekaman telepon antara Kulub dan mantannya. Kulub tak menyangka, kia ingin mendengarkan semuanya. Padahal jumlahnya lebih dari seratus. Dan seingat Kulub, dia dan mantannya ketika teleponan tak pernah sebentar. Bisa berjam-jam. Paling tidak setengah jam. Dan Kulub lagi-lagi mendapat pelajaran dari seorang Adzkia. Motivasi dalam diri adalah sumber kekuatan tak terkira dalam melakukan sesuatu. Ya, demi mendengar rekaman itu, Kia merelakan lebih dari 40 jam waktunya. Itu pun belum semua rekaman ia dengar. Dan terjawab penasaran Kulub kenapa dua hari kemarin Kia tidak menelepon (meski sesekali WA), dan berkeinginan bertemu Kulub.

Dan ketika bertemu tadi, Kia seperti seorang peneliti yang tengah melakukan riset. Bahkan, ia mencatat beberapa hal-hal yang penting yang dipikir penting untuk ditanyakan kepada Kulub. Semacam pointer pertanyaan wartawan. Walhasil, hingga menjelang magrib mereka seperti acara; Kia bertanya, Kulub menjawab. Tidak sekadar bertanya tapi mempertanyakan. Beberapa kali Kia menggunakan intonasi tegas dengan penuh penekanan.

Pertemuan mereka hingga jam sebelas malam tadi, benar-benar menunjukkan tentang pastinya perubahan. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan hati. Ya, hati yang mudah berubah-ubah. Saat ini merasakan kegembiraan, tiga detik kemudian dikuasai kemarahan. Beberapa detik kemudian muncul kecemburuan. Lalu kembali merasakan sayang. Begitu seterusnya. Karenanya Kulub teringat akan "ya muqollibal Qulub, tsabbit Qolbii 'ala diinika". Ada hati yang mudah berbolak-balik, berubah-ubah. Kemudian ada diin (agama). Adakah kaitannya dengan "addinu huwa al-'aqlu. Laa diina liman laa 'aqla lahu"? Apakah agama memang berperan untuk menguatkan hati?

Bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)