Membaca Sastra, Membaca Diri: Mengenal Ilahi (bag-7)

Membaca Sastra, Membaca Diri: Mengenal Ilahi (bag-7)

(Suluk)

Suluk (perjalanan sufi) terdiri dari empat tahap, yaitu: syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Orang (Sufi) yang melakukan perjalan tersebut disebut salik. Nah, setelah melewati tahap terakhir "diri" salik yang telah disucikan dan diubah sepenuhnya menjadi kehilangan kesadaran diri, yaitu hapus (fana).

Syamsuddin As-Samatrani menulis empat tahap suluk sebagai berikut: syariat itu kulit, tarikat itu isi, hakikat itu urat, dan makrifat itu tulang.

Sementara itu Hamzah Fansuri menulis sebagai berikut:

"Alam nasut jadikan syariatmu
Ibadah malakut ambil akan tarikatmu
Asyik jabarut pertemuan hakikatmu
Fana di dalam lahut akan ma'rifatmu"

Sufi Melayu menyamakan; "nasut" dengan "af'al", "malakut" dengan "asma", "jabarut" dengan "sifat", dan "lahut" dengan "Zat" Allah. Hal ini menjadikan suluk yang terdiri dari empat tahap itu ikut pula dihubungkan dengan martabat tujuh sebagai sistem yang juga punya dimensi makrokosmik dan mikrokosmik.
Ini bisa ditemui dalam Hikajat Sjah Mardan.

Dalam hikayat ini, ajaran tentang Suluk disampaikan melalui tokoh utama, seorang budiman, tokoh tasawuf: Lukman Al-Hakim. Dalam cerita ini, Lukman Al-Hakim mengaitkan empat tahap perjalanan sufi dengan empat unsur: air, angin (udara), tanah, dan api yang membentuk tubuh manusia dan jagat raya.

Di hikayat lain, Hikajat Radja Moeda Sjah Merdan (1916) dikemukakan: huruf alif tercantum di api, lam awal di angin, lam akhir di air, dan ha di tanah. Dan ini membentuk kata Allah yang menurut hikayat tersebut sama dengan basmalah; ayat pertama Al-Quran: Bismillahirrohmanirrohim.

Selain itu, suluk, sebagaimana halnya manusia, pun dianggap mempunyai empat nafs (jiwa), atau lebih tepatnya satu nafs yang merangkum empat aspek yang dinyatakan melalui pembersihan dan transformasi. Aspek-aspek itu adalah: nafs al-ammaroh (jiwa yang marah), nafs al-lawwamah (jiwa yang taubat), nafs as-safiyah (jiwa yang murni), dan nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenteram).

Dalam Hikajat Radja Moeda Sjah Merdan, Lukman Al-Hakim, menegaskan tentang suluk yang berada di dalam tubuh manusia, yaitu: lidah (bagian tubuh), hati jasmani (penggerak tubuh dan penerima pengaruh-pengaruh yang diberikan pancaindera), budi (akal) dan rahasia (sirr/kalbu rohani).

Dengan demikian, Suluk bukan hanya saja bersifat antropomorfik, tetapi semacam acuan yang menamung segenap struktur psikosomatik manusia. Dan suluk menentukan dan membentuk segala aktifitas manusia: percakapan, perbuatan, keadaan jiwa, dan pengenalan terhadap Tuhan (Hikajat Radja Moeda Syah Merdan)

Bagaimana dan dengan apa suluk dilakukan. Akan kita bahas di bagian selanjutnya.

Allahu a'lam bisshowab.

Pondok Labu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tulisan ++ tentang ++ ( melihat: Nazhoro, Ro-a, dan Bashoro)

Pemahaman "Lughotan" dan "Ishthilahan".

Membaca Sastra, Membaca Diri: mengenal Ilahi (bag-9)