Azan adalah panggilan cinta
Kata azan dan uzun dalam bahasa Arab berasal dari sumber yang sama. Artinya berbeda. Yang satu panggilan atau seruan, yang satu alat pendengaran alias telinga. Keduanya sama-sama alat. Yang satu menghasilkan suara atau bunyi. Yang satu lagi untuk menangkap dan menerima suara atau bunyi.
Azan akan berfungsi dan bernilai jika pesan-pesan yang diserukan (disampaikan) bisa diterima oleh obyek. Sementara telinga akan bernilai dan berfungsi jika pesan-pesan yang datang bisa diterima (didengar). Jadi, antara azan dan telinga terjadi proses interaksi dan komunikasi dalam dimensi suara dan bunyi.
Bunyi dilahirkan dari getaran-getaran atau gelombang longitudinal yang merambat melalui berbagai media. Gelombang longitudinal ini hanya bisa didengar jika memiliki getaran dan rambatan yang sama. Nah, untuk mendengar makna adzan, diperlukan getaran yang sama, frekuensi yang sama antara adzan dan telinga. Sementara suara adalah energi yang menghasilkan getaran-getaran dan gelombang-gelombang longitudinal tersebut.
Seperti ketika kita mendengar musik. Kemudian kita larut dalam suasana, nuansa, hingga memejamkan mata. Disitulah kita mendengar suara. Dan hakikatnya tengah merasakan energi yang dibawa oleh musik tersebut. Energi yang juga menyentuh lalu menggetarkan hati, kemudian mempengaruhi akal dan indera hingga ikut larut menikmati.
Begitu juga dengan azan. Jika hanya mendengar azan lalu tak ada getaran dalam diri, setidaknya untuk mendirikan salat, maka bisa jadi, kita baru sekadar mendengar bunyi azan. Namun jika mendengar adzan lalu ada getaran dalam diri, lalu hati tersentuh kemudian akal menangkap energi-energi yang menyuguhkan makna, maka disitulah kita mendengar suara azan.
Getaran dan energi apa yang terkandung dalam adzan? Untuk menjawab ini, silakan dengarkan sendiri suara azan. Setidaknya tidak hanya dengan telinga. Samakan pula gelombang dan getaran di hati agar ikut mendengar azan. Pun dengan akal, hingga seluruh indera bisa ikut menikmatinya.
Setidaknya, ketika mendengar azan, seakan kita mendengar suara-suara Allah. Suara cinta. Suara rindu. Suara kasih sayang (rohman rohim). Misalnya, ketika tengah ditimpa masalah, persoalan, bahkan musibah. Kita ridho akan semua itu, lalu mendengar kata Allahu akbar. Lihatlah, persoalan, dan masalah yang kita yerima dan hadapi tak ada apa-apanya. Semuanya begitu kecil. Karena ada yang lebih besar. Kalaupun persoalan dan masalah yang kita hadapi begitu besar, maka dengar dan lihatlah ada Allah Yang Maha Lebih Besar. Ya, itulah Allahu akbar.
Selain itu, ketika mendengar azan pun seakan kita mendengar suara-suara kebenaran. Karena tak ada lagi kebenaran selain kebenaran yang bersumber dari cahaya-Nya. Nurullah. Hingga tak perlu lagi uang, jabatan, profesi, dan apapun yang kita tuhankan. Yang mesti diingat adalah letak dan posisi kebenaran dalam diri manusia. Ia terletak di diri masing-masing. Dan tak bisa menyamakan kebenaran masing-masing orang dengan orang lain. Jika yang ditampilkan seseorang adalah kebenaran, maka yang ada hanya akan melahirkan perdebatan bahkan perselisihan yang tak kunjung selesai.
Lalu yang mesti ditampilkan, dikeluarkan oleh manusia adalah kebaikan. Dan lewat azan, kita pun seakan mendengar suara-suara kebaikan. Sebab azan, selain mengingatkan posisi manusia dengan Allah, ia pun mengingatkan posisi manusia dengan manusia lain, yaitu sebagai manusia. Manusia yang semestinya berlaku sebagai manusia. Menebar kebaikan. Bersikap, berucap, dan berperilaku baik kepada manusia lain.
Ditambah, ketika mendengar azan, seakan mendengar suara-suara keindahan. Selain suara merdu dari muazin, azan pun seperti ingin memberitahu tentang keindahan padanya. Seperti kebaikan yang ditebar pada perilaku, sikap, ucapan, dan pikiran manusia yang pada akhirnya melahirkan keindahan hidup dan kehidupan yang indah. Dan semuanya bermuara menjadi saling cinta, saling mengasihi, saling menyayangi. Begitupun azan yang membawa getaran-getaran, energi-energi, dan gelombang-gelombang cinta. Cinta Allah pada manusia. Yang mestinya disambut oleh cinta manusia. Kemudian diwujudkan dalam kehidupan. Hingga cinta memenuhi kehidupan manusia.
Allau a'lam bisshowab
Pondok Labu
Komentar
Posting Komentar