Mengenal diri agar Mengetahui Allah lewat Sastera dan Kesusasteraan (bag. 7)
Perumpamaan-perumpamaan yang menyatakan wajah manusia diibaratkan sebagai makrokosmos, sebagai teks suci, dan sebagai puisi.
Abdurahman ibn Jami dalam Tuhfat Al-Abrar mengatakan; meskipun Kalam menyatakan kata, ia pun pasti dilahirkan oleh kata. Kemudian Jami menyanjung puisi dengan mengatakan: Jodoh Kata yang penuh dengan bunyi-Nya.
Sa'duddin Mahmud Shabistari dalam Gulshan-i Raz mengatakan mata melambangkan Sifat Jalal yang menghalangi "hamba" untuk menjadi akrab dengan Tuhan.
Abdurahman Jami mengatakan bibir melambangkan sifat Jamal, karena bibir menandakan belas kasih dan kebaikan hati. Bibir yang "menabur mutiara" di dalam Tuhfat Al-Abrar tidak sekadar mengingatkan tentang kepandaian orang berucap, tetapi juga tentang kemurahan hati dan belas kasih.
Ikal rambut melambangkan keanekaragaman khayali hasil-hasil ciptaan yang menutup ketunggalan Wujud Hakiki, bagaikan tirai. Jami juga menyamakan ikal rambut dengan majas (kiasan, metafora: ilusi atau khayalan yang sama sekali bertentangan dengan hakikat).
Tahi lalat diumpamakan sebagai Zat Allah yang tersembunyi, "terangkum dalam diri sendiri, tapi sekaligus merangkumi segalanya". Pun mengibaratkan tahi lalat sebagai imajinasi kreatif.
Komentar
Posting Komentar