Shalat: Hubungan Cinta dan Kasih Sayang
Shalat secara bahas diartikan sebagai doa. Doa jika diartika ke bahasa Indonesia artinya memanggil. Bahkan dalam KBBI pun doa diartikan sebagai permohonan, harapan, dan permintaan, kepada Tuhan. Jika melihat ini, maka doa yang dipahami selama ini sebagai meminta dan memohon sesuatu perlu dipertanyakan kembali. Sebab ini terkait salah satu kewajiban, shalat, yang sepertinya mengalami penyempitan makna.
Kalau doa diartikan sebagai harapan, permintaan, dan permohonan, maka bisa jadi inilah penyebab hubungan seorang manusia dengan Tuhannya sebatas permintaan, permohonan, dan harapan. Makanya tak heran, jika hubungan manusia dan Tuhan hanya sebatas itu. Sebatas kelemahan sebagai makhluk di satu sisi, dan Tuhan pemilik segala yang menjadi tempat dikabulkan keinginan di sisi lain. Sebenarnya ini tidak soal. Hanya saja, masih ada hubungan lain yang lebih dari itu. Yaitu hubungan kemesraan. Hubungan cinta. Hubungan kasih sayang. Seperti hubungan sepasang kekasih.
Ini terlihat dari arti shalat secara bahasa. Secara epistimologi. Secara "lughotan". Yaitu memanggil. Menyapa. Soal memanggil kemudian meminta dan memohon sesuatu, itu beda perkara. Titik tekannya adalah memanggil. Tapi, sepertinya bagi mereka yang saling mencintai dan menyayangi, tanpa meminta pun dia yang mencintai akan melakukan dan memberikan apapun untuk yang dicintai.
Doa atau memanggil itu kegiatan yang bisa membuat sesuatu yang awalnya jauh jadi dekat. Yang awalnya dia yang dipanggil tidak tahu keberadaan si pemanggil, menjadi tahu. Termasuk seperti kegiatan pembuka, sapa, dan salam dalam sebuah pertemuan. Jika terus menerus dilakukan (sapaan dan pertemuan) akan tercipta kedekatan. Kalau sudah dekat lalu saling tahu dan kenal yang diiringi rasa nyaman, aman dan tenang, maka sangat mungkin akan hadir cinta.
Kalau sudah cinta. Tanpa diminta, dia yang mencintai akan berusaha melakukan dan memberikan apapun yang diinginkan oleh dia yang dicintai. Orang yang mencintai akan berusaha melakukan yang terbaik untuk dia yang dicintai. Seperti laki-laki dan perempuan yang awalnya bertemu. Lalu terjadi interaksi dan komunikasi yang intens. Kemudian muncul rasa nyaman, aman, dan tenang dalam pertemuan tersebut yang akhirnya melahirkan cinta dan kasih sayang di antara mereka.
Saya membayangkan, seorang laki-laki yang mencintai seorang perempuan. Dan sebaliknya seorang perempuan yang mencintai laki-laki. Mereka akan berusaha melakukan apapun untuk yang dicintai. Mereka akan saling memperhatikan. Akan saling memberi semangat. Akan saling menjaga. Karena cinta memang hubungan saling. Termasuk shalat. Inilah salah satu bentuk laku hubungan cinta antara manusia dan Tuhan. Diawali oleh panggilan dan sapaan. Keduanya saling menyapa. Allah menyapa lewat Al-Quran agar manusia mendirikan shalat. Lalu manusia menyapa dan memanggil Allah lewat shalat.
Ucap dan gerak dalam takbir dalam shalat adalah bentuk jawaban atas panggilan cinta Allah. Jadi, jika saya bertakbir, entah dengan suara pelan atau teriakan, tapi dalam hati tidak ada cinta dan kasih sayang, maka perlu dipertanyakan shalat yang saya kerjakan. Termasuk mereka yang bertakbir tapi merusak dan menyakiti orang lain, perlu diperiksa kembali shalatnya. Tak ketinggalan mereka yang bertakbir tapi masih ada ketidaksukaan pada orang lain yang kemudian berubah menjadi kebencian, maka perlu diperbaiki lagi shalatnya. "Inna sholata tanha 'anil fahsya wal munkar".
Ya, karena shalat adalah panggilan cinta. Hubungan kasih sayang. Termasuk pengakuan dan pengetahuan bahwa Allah Maha Besar. Selain-Nya kecil. Sangat kecil. Lewat shalat manusia mendengar panggilan cinta Allah lewat hati (dzauq) kemudian ke akal lalu ke telinga. Hingga lahirlah gerak dan laku. Manusia mengangkat kedua tangan menyentuh telinga sambil bertakbir. Meski diakhir dengan salam, bukan berarti hubungan cinta itu berakhir. Justeru ini seperti cerita bersambungm karena ucap dan gerak terakhir dalam shalat adalam salam. Dan salam termasuk dalam sapa dan panggilan, bukan?
Salam ke kanan kiri, lagi-lagi adalah bentuk pengakuan bahwa kedamaian, keselamatan, dan ketenangan yang bersumber dari Allah mesti dimiliki oleh manusia di sekeliling. Di sekitar. Kiri, kanan, depan, dan belakang. Karenanya usai shalat, pertemuan intim dan mesra manusia dengan Tuhan, cinta dan kasih sayang yang ada pun mesti diberikan dan disebarkan kepada makhluk lain. Kepada manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta. Hingga terciptalah "rahmatan lil 'alamin".
Allahu a'lam bissshowab
Depok
Komentar
Posting Komentar